REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Bisnis kuliner di Indonesia diprediksi kian membaik seiring pertumbuhan kelas menengah yang kini mencapai 160 juta orang. "Menjamurnya bisnis kuliner memaksa pemilik resto lebih kreatif menjual jenis makanannya," kata Dyah Widya Swasti, pemilik Rumah Makan Pecel Madiun BSD.
Salah satu yang layak untuk dikembangkan adalah menu tradisional seperti pecel, serabi, karedok atau rujak cingur bisa memunculkan nostalgia. Menurut Dyah, makanan tradisional sering dimanfaatkan konsumen sebagai obat rindu pada kampung halaman, terutama untuk menu makanan yang benar-benar khas dan jarang ditemukan di banyak lokasi. "Kalau rasanya enak, di manapun lokasinya akan didatangi," papar Dyah.
Dia menambahkan, menu pecel madiun, rawon, botok mlandingan dan dawet tape ketan hitam menjadi favorit pengunjung rumah makannya. Meski enggan menyebutkan berapa omzetnya, usaha Dyah kini mempekerjakan 70 pegawai yang berlokasi di Ciater Barat, Rawa Buntu, Serpong, Banten, ini selalu ramai dikunjungi, tidak saja hari biasa tapi juga di akhir pekan. "Alhamdulillah, kami punya banyak pelanggan, termasuk dari luar daerah," kata Dyah.
Apa yang telah dirintis oleh Dyah itu sejalan dengan dikatakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu beberapa waktu lalu bahwa jika digarap serius, potensi pertumbuhan bisnis kuliner cukup menjanjikan.
"Bisnis makanan ini tak hanya bisa menarik wisatawan nusantara dan asing tetapi juga mancanegara," ucapnya.
Data menyebutkan, ada 227 juta perjalanan wisatawan nusantara sepanjang tahun lalu dan jumlah pengeluaran mencapai Rp 171,5 triliun. Sementara jumlah wisman sebanyak 7,649 juta yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara sebesar 8,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 76,5 triliun.