REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Utusan Rusia Vitaly Churkin membuat tuntutan baru bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) hendaknya meminta maaf atas kematian warga sipil dalam serangan di Libya tahun lalu dan memberikan uang penggantian.
Cina mendukung desakan-desakan untuk penyelidikan lebih lanjut atas kematian banyak warga sipil di negara itu.
Pernyataan-pernyataan itu mendapat teguran keras dari perdana menteri Libya dan Duta Besar Amerika Serikat Susan Rice.
Pejabat Perdana Menteri Libya Abdel Rahim al-Kib di Dewan Keamanan PBB. mengatakan pemerintah Libya telah menyelidiki semua kematian warga sipil bekerja sama dengan NATO.
"Ini masalah yang menyangkut darah rakyat Libya dan seharusnya tidak menjadi masalah propaganda politik untuk satu negara terhadap negara lain," katanya kepada Dewan Keamanan.
"Saya berharap bahwa alasan untuk mengangkat hal ini tidak akan menghambat atau mencegah masyarakat internasional untuk campur tangan dalam situasi lain di negara di mana rakyat mereka dibantai, "kata Kib.