REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - AS diduga telah menawarkan Israel senjata canggih seperti pesawat pengebom penghancur bunker dan pesawat pengisian bahan bakar dengan imbalan kesepakatan untuk menunda serangan terhadap fasilitas nuklir Iran sampai tahun 2013. Kabar itu dilaporkan Kantor Berita Maariv Israel.
Presiden Obama dilaporkan mengajukan tawaran pada hari Senin dalam kunjungan perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Washington. Namun, Gedung Putih membantah keberadaan perjanjian atau kesepakatan tersebut.
Obama mengatakan bahwa ia lebih menyukai solusi-diplomatik yang melibatkan sanksi hingga melumpuhkan, yang telah diterapkan dunia internasional dalam menangani krisis Iran yang tengah mengejar pengembangan senjata nuklir. Presiden AS memandant langkah militer tidak diperlukan dalam beberapa minggu atau bulan mendatang.
Israel akan membutuhkan semua bantuan yang mereka bisa mendapatkan untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Pesawat mereka harus terbang lebih dari 1.000 mil atau 1.600 kilometer lebih (satu arah), mengisi bahan bakar di udara, melawan pertahanan udara di Suriah (jika mereka mengambil rute itu) dan juga di Iran. Mereka harus menyerang sedikitnya empat lokasi yang terletak di bawah tanah dengan sekitar 100 pesawat .
Israel mungkin akan menggunakan sekitar 100 F-15 pengebom sebagai penyerang utama, masing-masing beramunisikan bom yang dipandu laser penghancur bunker tunggal, dan F-16 sebagai pengawal. Namun, Israel dilaporkan memiliki hanya 30 bom bunker saat ini.
Pada hari Selasa layanan berita Haaretz, koran harian tertua Israel, melaporkan bahwa Netanyahu meminta AS untuk menyetujui penjualan pesawat canggih pengisian bahan bakar serta GBU-28 penghancur bunker. Pertemuan itu diajukan dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan Leon Panetta.
Mereka mengutip seorang pejabat tertinggi AS yang mengatakan bahwa Obama menginstruksikan Panetta untuk bekerja secara langsung dengan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak tentang masalah tersebut.