Sabtu 10 Mar 2012 07:56 WIB

Iran dan Lebanon Kian Akrab, AS Kesal Berat

Iran - Lebanon (ilustrasi)
Iran - Lebanon (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Duta Besar Republik Islam Iran untuk Lebanon menegaskan bahwa tidak ada satupun negara yang berhak mencampuri hubungan antara Iran dan Lebanon.

IRNA melaporkan, Ghadanfar Rokon Abadi, Dubes Iran untuk Lebanon, mengatakan, "Tidak ada satu pun negara yang berhak mencampuri hubungan antara Republik Islam Iran dan Lebanon." Pernyataan itu disampaikan Dubes Iran sebagai jawaban statemen terbaru Dubes Amerika di Beirut terkait kekhawatiran Gedung Putih terhadap kunjungan Menteri Pertahanan Lebanon Fayez Ghusn ke Teheran.

Rokon Abadi menambahkan, hubungan Teheran dan Beirut kian hari semakin erat dan berbagai nota kesepahaman antarkedua negara telah ditandatangani bersama.

Lebih lanjut, Dubes Iran mengatakan, akar hubungan antara Iran dan Lebanon telah ada sejak lebih dari tiga ribu tahun. Hubungan ini menunjukkan adanya persamaan budaya dan peradaban.

Terkait pernyataan Maura Connelly, Dubes AS untuk Lebanon, yang mengusik hubungan Teheran dan Beirut, Rokon Abadi menandaskan, "Kami menilai pernyataan itu sebagai intervensi Washington terhadap hubungan Teheran dan Beirut. Ketika dua negara memutuskan untuk memperluas hubungan, maka tidak seorang pun berhak mencampurinya." 

Dubes Iran menuturkan, pernyataan para pejabat AS di Lebanon dan di berbagai tempat lainnya yang anti-Iran, telah mendorong kita untuk lebih cermat terhadap ucapan Barack Obama yang mengatakan bahwa menjaga keamanan rezim Zionis Israel adalah perbuatan suci. Ditambahkannya, pernyataan Presiden AS itu memiliki poin-poin tertentu dan amat jelas bahwa statemen anti-Iran yang dikeluarkan para pejabat Amerika hanya bertujuan melindungi keamanan Israel.

Maura Connelly geram terhadap hubungan intim antara Teheran dan Beirut. Beberapa waktu lalu, ketika bertemu dengan Suleiman Franjieh, Ketua Partai Kristen al-Marada di Lebanon, Connelly mengatakan, "Kunjungan Menteri Pertahanan Lebanon ke Tehran telah mengkhawatirkan Amerika." 

sumber : IRIB/IRNA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement