Ahad 11 Mar 2012 07:15 WIB

Gerakan 'Kony 2012' & Invisible Children, Apa dan Siapa?

Tiga pendiri Invisible Children
Foto: invisible children
Tiga pendiri Invisible Children

REPUBLIKA.CO.ID, Siapakah Jason Russell? "Jika Oprah, Steven Spielberg dan Bono memiliki bayi, saya ingin menjadi bayi itu," Itulah jawaban Jason Russell saat ditanya siapakah pahlawan terbesarnya oleh situs berita AS, PMc Magazine tahun lalu. Russell ialah sutradara dibalik film Kony 2012 yang mewabah di internet.

Menurut profil lain yang ditayangkan Christian Broadcasting Network, ia lulus dari Sekolah Menengah El Cajon Valhalla, San Diego dan sekolah film di Universitas Californai Selatan pada 2002.

Ia mengaku bepergian ke Kenya dalam perjalanan gereja pada 2000 dan sejak saat itu 'bertransformasi'.

Siapakah Invisible Children?

Menurut profil versi CBN, Russel dan dua mahasiswa film lain, Bobby Bailey dan Laren Poole, membeli kamera di eBay dan pergi ke Afrika pada 2003, dan menuju Uganda di mana mereka menemukan 'anak-anak yang miris dan ketakutan di utara'

Perjalanan itu menghasilkan film dokumenter yang dirilis pada 2005 diberi judul Invisible Childern. Trio itu kemudian membentuk sebuah organisasi dengan nama yang sama.

Dalam situs Invisble Childern disebutkan bahwa tujuan mereka ialah membantu pendanaan dan pembangunan sekolah di Afrika dan juga mengedukasi kaum muda Amerika mengenai apa yang terjadi di Afrika.

Invisible Children berkantor di gedung kecil di San Diego, di mana tiga pendirinya dibesarkan. Kini organisasi itu memiliki 40 staf dan 100 tenaga magang tanpa upah, yang bertugas melatih orang-orang selama enam pekan di markas utama demi menyebarkan kabar mengenai kekejaman LRA, demikian AP melaporkan.

Lembaga itu kemudian membentuk lima grup yang melakukan 'road show' dari kampus ke kampus dan gereja ke gereja di penjuru AS dan Kanada, tidur di rumah-rumah orang asing. Salah satu anggota dari setiap grup berasal dari Afrika dan mereka mengisahkan pengalaman hidup mereka.

Tragedi menghantam pada 2010 ketika satu anggota Amerika organsiasi tersebut termasuk dari 74 korban tewas akibat ledakan di tengah kerumunan yang sedang menyaksikan final Piala Dunia di Uganda. Nate Henn, nama anggota tersebut terkena oleh serpihan mematikan dari salah satu ledakan.

Tahun lalu, organisasi memasang radio berfrekuensi tinggi di hutan-hutan paling terpencil di Afrika untuk membantu melacak serangan milisi di Kongo, Republik Afrika Tengah dan Sudan Selatan. Warga tanpa sambungan telepon dapat melaporkan serangan di radio kepada mereka yang bertugas lalu menayangkan dalam situs internet bernama, LRA Crisis Tracker.

Keesey bergabung dengan Invisble Children pada 2005 setelah lulus dari jurusan matematika apliakasi bidang manajemen dan akuntansi di Universitas California, Los Angeles. "Kami pikir ini hanyalah proyek singkat, mungkin setahun atau dua, dan kini sudah delapan atau sembilan tahun," tuturnya. "Tujuan dari kampanye ini adalah pada 2012 kejahatan yang tidak waras bisa berakhir."

Apa tujuan praktis dari #Kony 2012?

Jason Russel pernah diwawancara dalam Today, tayangan Channel Nine, apakah uang yang dihasilan Invisible Childern mengalir ke militer Uganda. Ia juga ditanya bagaimana organisasi itu berencana menahan Kony tanpa menggunakan metode yang sama digunakan oleh Kony?

Russell menjawab, "Ini persoalannya. Kami meletakkan seorang ke bulan, beberapa tahun lalu. Seseorang ke bulan,"

"Jadi membuat seorang maniak perang menghentikan menculik anak-anak itu sulit. Saya tidak mengatakan sederhana, tetapi itu bisa dilakukan.

Jadi, sumber-sumber yang kami miliki, departemen pertahanan dan intelijen yang kami miliki, secara strategis bisa mencapai tujuan lewat kerjasama dengan militer Uganda di lapangan. Ini upaya kolektif. Ini bukan sekedar aksi tunggal

Kami tidak ingin Amerika menjadi polisi dunia. Kami tidak suka perang, kami ingin mengakhiri perang, itu yang kami lakukan.

"Saya seorang pecinta damai dan pasifis di dalam hati. Saya mencintai Gandhi, Dr Martin Luther King, mereka adalah idola saya. Dan dalam kasus spesifik ini, butuh pasukan strategis sebagai sumber daya terakhir untuk pergi dan menangkap Kony." terangnya.

"Dan harus benar-benar strategis karena ia dikelilingi oleh anak-anak dan wanita yang tak berdosa."

Apa yang akan dilakukan Invisible Children selanjutnya?

Invisible Children telah menyeru kepada pendukungnya untuk menggunakan sosial media demi mendorong massa dunia dan menunjukkan dukungan dalam 'Kony2012' pada 20 April mendatang. "Itu ialah hari ketika kami akan bertemu di bawah matahari dan menutupi setiap jalan dan setiap kota hingga matahari terbenam." ujar sutradara video Invinsible Children, Jason Russel.

"Seluruh dunia akan pergi tidur pada Jumat malam dan terbangun untuk menjumpai ratusan ribu poster yang menuntut keadilan."

Lembaga itu juga menjual cinderamata Kony2012 seperti T-shirts seharga 25 dolar AS, gelang 10 dolar AS dan kit aksi senilai 30 dolar AS.

Namun menurut Pusat Kajian Afrika, Tanya Lyons, dari Universitas Flinders, kepada ABC, taktik yang digunakan lembaga itu bisa kontra-produktif.

"Saya kira cukup menarik melihat produser film ingin memanfaatkan anak-anak muda dalam gerakan kebaikan versus kejahatan, sangat emosional, sebuah dokumenter yang mencoba menjebak barat dalam pandangan bersalah bila tak turut ambil bagian,"

"Kony akan menyukai ini," ujarnya kepada ABC, mengacu pada penjualan cinderamata. "Coba jika anda melakukan ini untuk melawan Usamah bin Laden, lima atau sepuluh tahun lalu, anda kemungkinan akan ditahan karena memuja pembunuhan."

"Saya pikir upaya ini justru mengarahkan dan membuat ia makin kuat, alih-alih membuat perbedaan dengan tipe campur tangan internasional yang mungkin atau belum tentu terlaksana."

sumber : herarld
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement