Ahad 11 Mar 2012 08:03 WIB

Sang Korban dan Karakter Utama Membela Film 'Kony 2012'

Jacob Acaye, korban penculikan LRA, sekaligus karakter utama dalam film yang berdurasi kurang dari 30 menit,Kony 2012
Foto: screenshot/Kony2012/invisiblechildren/republika.co.id
Jacob Acaye, korban penculikan LRA, sekaligus karakter utama dalam film yang berdurasi kurang dari 30 menit,Kony 2012

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang warga Uganda, Jacob Acaye, mengatakan dunia perlu tahu tentang perang yang dikobarkan Joseph Kony yang hingga kini masih berlangsung di Afrika.

Jacob Acaye, salah satu bocah yang diculik sekaligus jantung film Kony 2012, telah menjadi fenomena web dan disaksikan lebih dari 30 juta orang di penjuru dunia. Ia membela video dan pembuatnya terhadap pengkritik yang menyebut proyek itu selip dan salah arah.

Ia juga memuja campur tangan asing melawan pemberontakan yang dikabarkan mulai mengalami penyusutan kekuatan.

Wilayah kampung halaman Acaye, di sekitar kota Gulu, kini relatif Aman. Milisi Lord's Resistance Army (LRA) yang menculikny dan membunuh saudara lelaki kandungnya pada 2002 telah dihalau ke utara Uganda.

LRA dan pemimpin perangnya, Joseph Kony, dikabarkan mencari di hutan-hutan Kongo dan Afrika Tengah (CAR).

Acaye menepi kritikan yang tersebar luas di Uganda dan di luar bahwa film buatan Amerika yang menyeru penahanan terhadap Kony sudah ketinggalan zaman dan tidak relevan. "Tidak terlambat, karena semua pertempuran dan penderitaan masih terjadi di mana saja," ujarnya lelaki yang kini berusia 21 tahun.

"Hingga kini, perang masih belanjut dan menjadi perang dalam kesunyian. Orang tak benar-benar tahu mengenai ini."

"Kini apa yang dulu terjadi di Gulu masih terjadi di bagian lain di Republik Afrika Tengah dan Kongo. Bagaimana dengan rakyat yang menderita di sana? Mereka kini menjalani apa yang dulu kami alami."

Acaye diculik oleh LRA ketika tentara itu menyerang desa kampung halamannya, Koro, dekat Gulu. Namun ia berhasil melarikan diri setelah tiga pekan, ketika satu unit menyerahkan dia ke unit yang lain.

"Saya beruntung. Saya dibawa oleh grup kedua yang tidak tahu banyak tentang saya, dan saya dipindah ke grup itu." tuturnya. "Mereka bertanya berapa lama saya bersama LRA dan saya jawab tiga bulan, membuat mereka berpikir saya pasti tak memiliki niat melarikan diri sehingga mereka tak mengawasi saya."

Acaye, yang kini kuliah hukum di Kampala, menemukan jalan pulang ke desanya. Tapi sejak saat itu ia bergabung dengan ratusan anak yang bertahun-tahun berjalan ke Gulu tiap malam demi tidur dengan aman.

Saat itu ia tengah tidur di bernada ketika ia ditemukan oleh lembaga bantuan Amerika, Invisible Children, badang dibalik kampanye "Kony 2012"

"Meraka tidak memahami apa yang terjadi. Mereka menginginkan anak yang tidur di sana bisa berbahasa Inggris. Saya mengerti Inggris dan saya dapat menuturkan apa yang terjadi, itulah mengapa saya terlibat dalam film," ungkap Acaye.

Ia mengatakan film itu memang hadir setelah periode panjang di mana dunia tidak menyadari kekerasan yang dilakukan LRA. Karena itu, imbuhnya, 25 tahun setelah mendirikan milisi dan mendapat status buron dari Pengadilan Kriminal Internasional, Kony masih besar dan terus beroperasi.

"Selama 10 tahun pertama, rakyat bahkan di negara tetangga, juga di Uganda sendiri, tidak tahu apa yang terjadi. Hanya tiga distrik yang benar-benar menderita akibat serangan," kata Acaye.

"Kony juga susah ditangkap karena ia tak pernah tinggal di satu tempat tertentu. Ia akan melakukan serangan dan keesokan pagi ia sudah berada ratusan kilometer. Ia tak memiliki basis tetap."

Acaye juga membela grup Invisible Children yang membuat film. "Kini situasi di Gulu stabil dan tidak ada lagi perang di sana. Beberapa tempat sudah dibangun ulang. Sekolah-sekolah kembali didirikan," tuturnya.

"Itu bukan salah orang-orang di sana sehingga mereka diculik dan dimanfaatkan. Mereka butuh dibantu. Organisasi itu telah berjuang sangat keras untuk membangun ulang sekolah saya. Mereka melakukan kerja bagus."

sumber : guardian.co.uk
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement