Senin 12 Mar 2012 05:33 WIB

Serangan Israel Makin Agresif, Korban Palestina Terus Berjatuhan

Rakyat Palestina mengusung jenazah Ahmed Salim, anggota sayap bersenjata Komite Perlawanan Rakyat (PRC) yang terbunuh serangan udara Israel, ke pemakaman di Kota Gaza, Palestina, Ahad (11/3).
Foto: AP/Hatem Moussa
Rakyat Palestina mengusung jenazah Ahmed Salim, anggota sayap bersenjata Komite Perlawanan Rakyat (PRC) yang terbunuh serangan udara Israel, ke pemakaman di Kota Gaza, Palestina, Ahad (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Tiga orang Palestina tewas dalam serangan udara baru Israel di Jalur Gaza, Minggu, sehingga jumlah kematian dalam tiga hari ini naik menjadi 18, sementara pejuang Palestina menembakkan roket-roket lagi ke negara Yahudi tersebut.

 

Pesawat-pesawat Israel melancarkan empat serangan Minggu pagi, menewaskan tiga orang, termasuk seorang anak laki-laki dan seorang pria berusia 60 tahun yang kata petugas medis warga sipil.

Pertumpahan darah mulai terjadi Jumat sore ketika serangan udara Israel menewaskan pemimpin Komite Perlawanan Rakyat (PRC), yang menyulut peningkatan tajam kekerasan lintas batas, dimana 15 warga Gaza tewas dan lebih dari 100 roket ditembakkan ke Israel.

Insiden itu merupakan masa 24 jam paling mematikan di dan sekitar Gaza dalam waktu lebih dari tiga tahun.

Hingga Ahad sore, jumlah kematian di Gaza mencapai 18 dan 30 orang cedera, kata beberapa petugas medis Palestina. Empat orang di Israel cedera dalam serangan roket.

AS dan Uni Eropa mendesak kedua pihak tenang, namun upaya Hamas yang menguasai Gaza untuk mengakhiri permusuhan melalui penengah Mesir belum membuahkan hasil.

Korban tewas terakhir dalam serangan Israel adalah Ayub Asaliya, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang terbunuh ketika sedang pergi ke sekolah di kamp pengungsi Jabaliya, dan Adel Saleh al-Issi, seorang pria berusia 60 tahun. Tidak ada keterangan mengenai korban tewas ketiga dalam serangan pada Ahad.

Pada Desember 2011, delapan orang tewas dalam serangkaian serangan udara Israel, enam diantaranya gerilyawan.

Kekerasan berlangsung di dan sekitar Gaza pada November namun tidak memburuk ke tingkatan seperti yang terjadi pada 29-30 Oktober yang menewaskan 12 gerilyawan Palestina dan seorang warga Israel.

Kelompok-kelompok pejuang Palestina menyatakan, mereka melaksanakan gencatan senjata yang ditengahi Mesir namun akan membalas jika diserang Israel.

Daerah sekitar perbatasan Gaza relatif tenang selama beberapa pekan setelah gelombang kekerasan pasca serangan gerilya 18 Agustus di Israel selatan yang menewaskan delapan orang Israel.

Para pejabat Israel mengatakan, pelaku serangan itu berasal dari Jalur Gaza dan menyeberang ke wilayahnya dekat kota pesisir Laut Merah Eilat melalui Semenanjung Sinai Mesir.

Lima personel keamanan Mesir dan tujuh orang bersenjata juga tewas dalam kekerasan pada hari itu.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement