REPUBLIKA.CO.ID, -- Tidak hanya Presiden Afghanistan Hamid Karzai yang langsung bereaksi atas penembakan yang dilakukan tentara AS terhadap warga Afghanistan di dua desa yang terletak di distrik Panjwai. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama juga langsung bereaksi. Obama menyampaikan rasa duka cita kepada keluarga dan juga rakyat Afghanistan. Dalam pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, Obama menyebut penyerangan itu tragis dan mengejutkan.
Penyerangan itu disebut Obama juga tidak merepresentasikan karakter militer AS dan penghormatan terhadap rakyat Afghanistan. Obama berjanji akan mengumpulkan fakta secepat mungkin dan menahan siapa pun yang bertanggung jawab.
Penyerangan tersebut mengancam hubungan AS-Afghanistan. Sekaligus memunculkan pertanyaan mengapa pasukan AS masih berada di Afghanistan setelah 10 tahun konflik dan terbunuhnya Usamah bin Laden.
Penembakan tersebut terjadi di tengah kemarahan rakyat Afghanistan yang belum mereda akibat pembakaran Alquran dan video Marinir AS yang mengencingi jasad militan Taliban. Protes keras akibat pembakaran Alquran berlangsung selama beberapa pekan. Dalam protes tersebut, 30 warga Afghanistan tewas. Enam tentara AS juga tewas dalam unjuk rasa.
Ketegangan antara kedua negara mulai mencair saat menandatangani nota kesepahaman mengenai pemindahan tahanan Afghanistan. Langkah itu dinilai sebagai langkah kunci menuju kemitraan strategis.
Gelombang anti AS yang kembali terjadi bisa mengancam seluruh masa depan misi. Tidak hanya memicu kemarahan warga Afghanistan tetapi juga mendorong keraguan di antara tokoh-tokoh politik AS mengenai perang yang tak berkesudahan.
"Ini merupakan pukulan fatal bagi misi militer AS di Afghanistan," ujar Direktur Studi Kebijakan Institut Notre Dame Kroc untuk Studi Perdamaian Internasional David Cortright.
Di distrik Panjwai, penduduk desa yang berduka masih bertanya-tanya mengapa mereka menjadi korban.