REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Satu lagi masalah baru menghantam industri kereta api China. Saat para pekerja berupaya memperbaiki jalur baru kereta api berkecepatan tinggi yang runtuh di Cina Tengah, jalur itu kembali ambruk akibat hujan deras. Kemungkinan besar konstruksi buruk ikut berperan, kata media lokal.
Kementerian Kereta Api Cina telah diganggu oleh sejumlah skandal dan keputusan yang salah. Sebuah kecelakaan kereta api cepat pada Juli 2011 menewaskan 40 orang. Muncul kekhawatiran tentang keamanan atas pertumbuhan cepat jaringan kereta di negara itu serta rencana untuk mengekspor teknologi itu keluar.
Hujan deras pada Jumat lalu membuat runtuh bagian dari rel lintasan di kilometer 291 (mil ke 180). Jalu itu merupakan bagian dari jaringan rel kereta api cepat di China tengah, yang dibuka pada bulan Mei, kata Kantor Berita Xinhua, Senin (12/3), mengutip pihak berwenang lokal.
Tidak ada laporan tentang adanya korban cedera dari peristiwa itu, kata Xinhua. Kereta api di Provinsi Hubei akan menghubungkan ibukota Provinsi Wuhan dan Kota Yichang. Time-Weekly, sebuah surat kabar setengah resmi, pada awal Maret mengutip seorang "whistle-blower", Ni Hongjun, dan mengatakan bahwa ia telah mencoba memperingatkan Kementerian Kereta Api pada tahun 2010 bahwa jalur kereta api Wuhan-Yichang beresiko runtuh bila hujan lebat.
Dia mengatakan perusahaan konstruksi membangun jalur kereta api kecepatan tinggi dengan tanah sebagai pengganti kerikil. Metoda itu dianggap berisiko tinggi karena tanah dapat melunak ketika hujan lebat terjadi dan mengancam keamanan kereta api.
Kabinet China mengkritik Kementerian Kereta APi pada Desember lalu atas standar keamanan yang lemah dan penanganan yang buruk dari kecelakaan Juli 2010. Namun, kabinet juga tetap berkomitmen untuk merealisasi program kereta api cepat.