Selasa 13 Mar 2012 06:52 WIB

Pentagon akan Adili Tentara AS Pembantai Warga Afghanistan

Rep: aghia khumaesi/ Red: Hazliansyah

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan tentara AS pada Afghanistan menuai reaksi keras dari militer AS sendiri. Untuk itu, militer AS Pentagon mengatakan akan  mengadili  prajurit Amerika yang bertanggung jawab atas pembunuhan yang menewaskan 17 warga sipil Afghanistan.

Juru bicara Pentagon, George Little, menolak seruan penuntutan tentara Amerika oleh Afghanistan, karena masalah penyelidikan dan penuntutan tentara AS akan dilakukan oleh Pentagon sendiri.

”Militer Amerika Serikat memiliki sarana yang sangat kuat untuk mengatasi kesalahannya," katanya, Senin (12/3), dikutip press tv.

Sebelumnya, anggota parlemen Afghanistan menyerukan pengadilan yang terbuka untuk pasukan Amerika yang terlibat dalam pembantaian 17 warga sipil, termasuk perempuan dan anak, baru-baru ini.

"Kami serius menuntut dan mengharapkan bahwa pemerintah Amerika Serikat menghukum pelaku dan membawanya dalam pengadilan terbuka rakyat Afghanistan," kata anggota parlemen dalam sebuah pernyataan, Senin (12/3).

Pada hari Minggu, seorang tentara AS menembaki warga sipil Afghanistan dalam  rumah mereka, dan menewaskan sedikitnya 17 dan melukai beberapa orang lainnya di distrik Panjwaii di selatan Provinsi Kandahar.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai sendiri langsung bereaksi atas insiden penembakan yang dilakukan seorang tentara AS ke rumah penduduk yang menewaskan 16 orang, kebanyakan diantaranya adalah wanita dan anak-anak di dua desa yang terletak di distrik Panjwai.

Dalam sebuah pernyataan, Presiden Afghanistan Hamid Karzai menyatakan adanya kemungkinan penyerangan dilakukan lebih dari satu orang. Awalnya, ia merujuk pada satu orang penembak. Namun, kemudian ia menyebut 'pasukan AS'.

"Ini adalah pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil tak berdosa dan tidak dapat dimaafkan," kata Karzai.

sumber : Press tv
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement