REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Setiap kemacetan atau bahkan kemunduran dalam pembicaraan perdamaian Palestina-Israel hanya akan mengarah kepada konflik dan guncangan lebih jauh. "Makin rumit dan berat situasi yang kita hadapi, makin penting bagi masyarakat internasional untuk melipatgandakan upaya diplomatiknya, dan berjuang bagi segera dilanjutkannya pembicaraan perdamaian," kata wakil tetap China untuk PBB, Li Baodong.
Dalam pidato pada pertemuan tingkat tinggi Dewan Keamanan, Senin (12/3), Li mengatakan, "China menghargai upaya yang dilancarkan oleh mekanisme Kuartet Internasional bagi Timur Tengah." China, kata Li sebagaimana dikutip Xinhua, mendukung Dewan Keamanan memainkan peran lebih besar dalam mendorong proses perdamaian Timur Tengah.
Pada hari yang sama, Kuartet Timur Tengah menyeru Israel dan Palestina agar mengakhiri tindakan provokasi dan melakukan upaya lebih banyak guna menghidupkan kembali proses perdamaian, yang macet.
Kuartet tersebut bertemu di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, untuk "menilai perkembangan sejak pernyataannya pada 23 September 2011", demikian pernyataan yang dikeluarkan setelah konsultasi tertutup kelompok itu. Kuartet Timur Tengah terdiri atas Amerika Serikat, PBB, Rusia dan Uni Eropa, serta Utusan Kuartet Tony Blair.
Pertemuan Kuartet itu, yang pertama sejak September 2011 demi menghidupkan kembali proses perdamaian di Timur Tengah, dilakukan setelah Angkatan Udara Israel menggempur Jalur Gaza dan menewaskan sedikitnya 18 orang di daerah kantung pantai tersebut sejak Jumat (9/3), ketika gelombang baru konflik meletus.
Kerusuhan itu berawal ketika Israel membunuh seorang tokoh Komite Perlawanan Rakyat (PRC), yang pro-HAMAS, dan pembantunya sewaktu mereka berkendaraan di Kota Gaza