REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Republik Jancuk, Sujiwo Tejo, kemarin merilis buku terbarunya berjudul Ngawur karena Benar. Bertempat di Galeri II Taman Ismail Marzuki, seniman nyentrik ini juga menghibur para penggemarnya dengan guyonan khas Jancukers.
Judul buku yang terkesan nyeleneh ini karena ia menganggap istilah berani, karena benar sudah tidak populer karena esensinya sudah jauh bergeser dari semangatnya. Saat ini yang spesial adalah istilah "ngawur karena benar". "Salahkah saya bila ingin menghaturkan hal-hal yang spesial kepada sampeyan semua?" ujar Sujiwo, Rabu (14/03).
"Ngawurisme" dalam buku ini disalurkan dengan gaya urakan. Urakan menurutnya berbeda dengan kurang ajar. Urakan adalah pelanggaran peraturan termasuk dalam pikiran karena tidak sesuai dengan hati nurani. Kurang ajar adalah pelanggaran yang dilakukan hanya karena dorongan nafsu sesaat.
Sang seniman menuturkan bahwa istilah baru tersebut adalah jurus terakhir yang bisa dipakai kalau jurus-jurus yang santun, sistematis, dan sistematis gagal membawa perubahan. Apalagi jika terbukti dibalik kesantunan itu ada kepalsuan dan kebohongan. Sampai di titik tersebut, barulah jurus "ngawurisme" bisa dipakai. Jurus ini berlaku untuk bermacam kasus dan keadaan.
Dalam kesempatan ini Sujiwo melakukan aksi stand up comedy dengan gaya pribadi. Cerkas dan tetap nyeni. Lulusan ITB Bandung ini juga bernyanyi dan bermain saksophon untuk menghibur penonton.