REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Perdana Menteri Inggris David Cameron bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama di Washington, Kamis (15/3). Dalam pertemuan dua pemimpin negara tersebut, keduanya membahas isu dunia internasional termasuk Iran.
Presiden AS Barack Obama dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron di Washington, menekankan tekadnya untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir dan kembali ke meja perundingan.
"Saya telah mengirimkan pesan secara langsung kepada negara P5+1 (AS, Inggris, Cina, Perancis, Rusia dan + Jerman), untuk kembali bernegosiasi. Negosiasi ini untuk mencegah akibat yang lebih buruk bagi Iran dan masa depan dunia," ujar Obama dalam keterangan persnya di Gedung Putih.
Obama mengingatkan bahwa dunia internasional telah banyak menerapkan sanksi ke pada Iran. "Bila Iran mengabaikan negosiasi ini maka pemecahan masalah secara diplomatik akan tertutup," kata presiden AS.
Menurut laporan Rusia, AS tidak hanya sekadar menyerukan Iran untuk kembali ke perundingan, tetapi harus benar-benar bisa meyakinkan Iran dampak yang semakin parah bagi Iran dan dunia bila perundingan tidak berjalan lancar.
Kantor berita Kommersant yang berbasis di Moskow melaporkan bahwa AS telah meminta tolong Rusia untuk menyampaikan permohonan perundingan ini kepada Iran. Sebuah informasi dari pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia, yang juga mengatakan kepada koran tersebut, bahwa Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Hilary Clinton meminta Menlu Rusia Sergei Lavarov pada pertemuan mereka di New York pada Senin, (13/3).
Lewat perantara Rusia, AS meminta Iran serius dalam pertemuan enam negara, April mendatang. AS menganggap ini juga sebagai kesempatan terakhir Iran untuk menghindari serangan militer terhadap fasilitas nuklirnya.
Rakyat Amerika tampaknya tidak tertarik untuk terjun ke perang lain setelah Irak dan Afganistan, ketika kondisi negara dalam krisis. Menurut jajak pendapat baru yang dilakukan oleh University of Maryland, hanya satu dari empat orang Amerika yang sepakat AS dan Israel menyerang fasilitas nuklir Iran. Sementara 69 persen lebih memilih AS melanjutkan dialog dengan Iran.