REPUBLIKA.CO.ID, Amerika Serikat memperingatkan Iran bahwa pembicaraan dengan DK PBB akan menjadi kesempatan terakhir Iran. “AS bersikeras pertemuan nanti adalah kesempatan terakhir Iran,”kata harian Rusia, Kommersant. Berdasar sumber Kommersant, Menlu AS, Hillary Clinton meminta Rusia untuk menyampaikan pesan tersebut karena AS tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Iran.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexander Lukashevich tidak bisa mengkonfirmasi atau menyangkal informasi yang diterbitkan Kommersant. Wakil Menteri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan pesan tersebut tidak profesional.
Pemerintah Iran memang menawarkan anggota Dewan Keamanan PBB dan Jerman untuk melanjutkan pembicaraan nuklir Iran. Kantor berita resmi Iran, IRNA, mengatakan perunding nuklir Iran, Saeed Jalil meminta untuk menetapkan tanggal dan tempat pembicaraan tersebut. "Dalam sebuah surat kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri Eropa, Catherine Ashton, perunding nuklir Iran Saeed Jalili menyambut baik kemauan politik enam negara untuk kembali ke pembicaraan. Dia juga mengatakan kedua pihak harus menetapkan tanggal dan tempat untuk pembicaraan," kata kantor berita resmi IRNA.
AS dan Israel sendiri dikabarkan siap menyerang Iran. Diplomat yang tidak disebut namanya mengatakan serangan militer terhadap Iran bisa terjadi sebelum akhir tahun. Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, mengatakan AS akan mengambil tindakan militer jika diplomasi gagal ditindaklanjuti. Sementara Israel, menurut Washington Post, akan menyerang situs nuklir Iran dalam enam bulan ke depan.
Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataan Presiden AS Barack Obama yang mengatakan upaya diplomasi untuk menyelesaikan konflik terkait program nuklir Teheran memasuki tahap yang diragukan dan sulit.“Di masa lalu, terjadi kecenderungan dari Iran untuk menunda negosiasi, terdapat banyak kesempatan pembicaraan namun tidak benar-benar ada kemajuan,” kata Obama di Gedung Putih, Rabu (14/3).