Jumat 16 Mar 2012 10:32 WIB

"Amah" Indonesia Jadi Headline Media Malaysia

Para calon TKW tengah menjalani proses pelatihan sebelum diberangkatkan ke negara-negara tujuan.
Foto: kampungtki.com
Para calon TKW tengah menjalani proses pelatihan sebelum diberangkatkan ke negara-negara tujuan.

REPUBLIKA.CO.ID,  KUALA LUMPUR -- Amah (pekerja domestik) asal Indonesia yang diperkirakan akan kembali masuk ke Malaysia pada April 2012 menjadi pemberitaan hangat di sejumlah media terkemuka di Malaysia sebab sejumlah ketentuan harus dipenuhi majikan untuk mendapatkannya.

Koran Utusan Malaysia yang terbit Jumat, menempatkan berita tentang pekerja domestik asal Indonesia itu di halaman muka (headline) dengan judul "Satu Amah Satu Kerja". Begitu pula dengan koran Kosmo menempatkan berita ini jadi berita utama dengan judul "Amah Indonesia Gaji Besar, Dilayan Macam Tuan".

Selanjutnya, harian Metro, yang katanya memiliki empat juta pembaca menempatkan berita ini disalah satu halaman dengan judul "Satu Tugas Saja, Amah Indonesia bakal Masuk Hanya Buat Kerja Khusus Untuk Majikan".

Dalam pemberitaan tersebut juga termasuk tanggapan majikan yang keberatan atas sejumlah ketentuan baru untuk mendapatkan pekerja domestik asal Indonesia tersebut.

Seorang majikan bernama Asikin Alias (39) menyampaikan rasa tidak setujunya dengan syarat baru untuk mendapatkan pekerja domestik dari Indonesia itu yang hanya dibenarkan melakukan satu tugas khusus dengan gaji minimum sebanyak 700 ringgit per bulan.

"Syarat itu (satu bidang pekerjaan) sangat membebani majikan," ungkap dia seperti disampaikan kepada sebuah koran yang terbit di Kuala Lumpur, Malaysia.

Pandangan seperti itu terkait dengan hasil kesepakatan bersama antara delegasi Malaysia dengan pihak Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi di Jakarta, Kamis (15/3).

Hasil pertemuan menyebutkan bahwa pengiriman TKI sektor domestik ke Malaysia yang direncanakan sudah dimulai bulan Maret ini terpaksa diundur hingga April untuk memastikan para TKI telah mendapatkan pelatihan keahlian minimal 200 jam.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement