REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS — Arab Saudi dikabarkan memberikan persenjataan militer kepada oposisi Suriah melalui Yordania, Sabtu (17/3). Upaya ini dilakukan untuk menghentikan pertumpahan darah oleh rezim Presiden Bashar al-Assad.
"Peralatan militer Saudi sedang dikirim melalui Yordania untuk mempersenjatai Tentara Pembebasan Suriah (FSA). Ini adalah inisiatif untuk menghentikan pembantaian di Suriah," kata seorang diplomat Arab kepada AFP. Rincian pemberian senjata, kata diplomat tersebut, akan diberikan secepatnya.
Pengumuman terjadi setelah negara-negara Teluk menutup kedutaan mereka di Suriah. Meski demikian, belum ada pernyataan resmi dari Arab Saudi. Begitupula Yordania yang tegas menolak laporan tersebut.
Untuk diketahui, Yordania berbatasan dengan utara Suriah dan terjadi 65 persen transit perdagangan diantara keduanya. Adapun sekitar 80 ribu orang Suriah diperkirakan ke Arab Saudi sejak maret 2011. Arab Saudi telah mengambil sikap dengan mengusir utusan Suriah dari Arab Saudi.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Saud Al Faisal membela oposisi Suriah dan mengatakan akan mempersenjatai kelompok tersebut. “Hak rakyat Suriah untuk mempersenjatai dan membela diri,”katanya. Raja Abdullah juga pernah menyeru langkah penting yang harus diambil terhadap rezim Suriah dan memperingatkan akan terjadinya sebuah bencana kemanusiaan.
Rencana itu juga menuai kritik dari Suriah. Menteri Informasi Suriah, Adnan Mahmud, mengatakan Arab Saudi adalah pendukung gerakan geng teroris bersenjata di negaranya. Mereka harus bertanggung jawab atas pertumpahan darah yang dihasilkan. “Beberapa negara mendukung geng terori. Arab Saudi dan Qatar adalah kaki tangan terorisme yang menargetkan orang Suriah,”katanya.