REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara kembali menegaskan komitmennya meluncurkan satelit, meskipun ditentang Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan. Penegasan itu ditegaskan Pyongyang pada Ahad (18/3), seperti AFP. Satelit itu rencananya akan diluncurkan pada 12-16 April.
Bagi Korea Utara peluncuran rudal bertujuan menandai 100 tahun kelahiran mantan pemimpin Korea Utara, Kim Il-Sung. Penegasan ini seolah menunjukan ketidakpedulian Korea Utara terhadap AS dan Korea Selatan yang menentang rencana itu, karena menganggap sebagai upaya uji coba rudal yang disamarkan.
Korea Utara berdalih tindakan itu sebagai bagian penelitian ruang angkasa yang damai. Dalam kesempatan ini Korea Utara juga mengecam kebijakan standar ganda AS, yang percaya pada negara lain namun tidak pada Korea Utara.
AS, Jepang, dan Korea Selatan tentu terkejut dengan pernyataan Korea Utara itu. Hal ini karena 16 hari sebelumnya, Pyongyang setuju menangguhkan jarak tes rudalnya sebagai imbalan atas 240 ribu ton bantuan pangan AS. Pejabat Korea melalui Kantor Berita Pemerintah Korea Utara, KCNA, menyebut larangan AS sebagai langkah mengganggu kedaulatan negara dan menuduh AS serta Jepang melakukan mata-mata ke negara-negara lain dengan satelit mereka sendiri.
"Tidak ada yang dapat mentolerir standar ganda dalam masalah pembuatan dan peluncuran satelit," kata pejabat di KCNA.