Ahad 18 Mar 2012 17:20 WIB

Inilah Kronologi Kereta Api Hantam Suzuki Carry, 11 Penumpang Tewas

Rep: Djoko Suceno/ Red: Heri Ruslan
Korban meninggal dunia (ilustrasi)
Foto: www.123rf.com
Korban meninggal dunia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -– Kereta Api (KA) Ekonomi Pasundan jurusan Kiaracondong (Bandung)-Surabaya menabrak sebuah mobil Suzuki Carry Nopol Z 951 W yang melintas di perlintasan tanpa palang pintu, di Kelurahan Sukanagara, Kecamatan Ciebureum, Kota Tasikmalaya, Ahad (18/3) sekitar pukul 09.30 WIB.

Sebanyak 11 orang penumpang mobil Carry tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka dalam kecelakaan yang terjadi di Jl Pasir Surya, tepat berada di tengah sawah tersebut.

Menurut keterangan, kecelakaan ini bukan pertama kali terjadi di perlintasan KA tanpa palang pintu ini. Sejumlah saksi mata mengatakan, pagi itu sebuah Suzuki Carry yang sarat penumpang melintas di perlintasan tersebut. Saat melintasi rel tersebut, mobil yang dikemudiakan Yudi (35 tahun)  tak bisa maju karena bagian bodi bawah tersangkut rel kereta. ‘

’Kondisi mesin mobil hidup, namun mengapa tidak maju-maju saat di gas. Dari arah barat meluncur kereta dan langsung menghantam mobil tersebut,’’ kata Asep Hidayat (45) salah seorang saksi mata.

Tabrakan maut tersebut disaksikan oleh Agwal Andi Mubarok (11), anak pertama Yudi, sopir Carry. Agwal yang tercatat sebagai santri Pondok Pesantren Cintapada, Kecamatan Cibeureum ini menuturkan, pagi itu ia akan dijemput ayah dan keluarganya. Recananya, kata dia, rombongan warga Perumahan Griya Setia Asri, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya ini akan berwisata ke Situ Gede. ‘’Bapak saya menjemput dengan mobil tersebut. Saya janjian sama bapak agar dijemput di tengah jalan saja agar lebih mudah,’’ kata dia yang ditemui wartawan di UGD RSUD Tasikmalaya.

Recana Agwal dan keluarganya berwisata ke Situ Gede tak kesampaian. Menurut penuturan Agwal, mobil yang dikemudikan bapaknya itu tak bisa bergerak saat melintasi rel tersebut. Padahal jarak antara dia dan mobil tersebut kurang dari 50 meter. ‘’Saya sudah berteriak jangan maju, jangan maju. Tapi bapak tetap saya menjalankan mobilnya,’’ujar dia yang terus meneteskan air mata saat menunggu ayahnya yang tengah dalam kondisi kritis.

Salah satu korban yang selamat, Sertiana (12), mengatakan, saat melintas rel tersebut mobil yang dikemudiakan ayahnya tersebut berjalan pelan. Ia mengaku bingung saat digas mobil tersebut tak mau melaju. Ia mengatakan, seluruh penumpang di dalam mobil berteriak-teriak ketika melihat kereta dating dari arah barat. Namun teriakan tersebut tak membuat mobil tersebut luput dari kecelakaan. ‘’Semua penumpang di dalam berteriak saat tahu ada kereta dari arah barat,’’kata dia yang mengalami luka di kepala dan tangan tersebut.

Kabagops Polresta Tasikmalaya, Kompol Yono Kusyono, SH, mengatakan, penyebab pasti kecelakaan tersebut masih dalam penyelidikan. Sejumlah saksi mata, kata dia, telah dimintai keterangannya. Ia mengatakan, perlintasan kereta api tersebut memang tidak dilengkapi dengan palang pintu. Padahal perlintasan tersebut sangat vital. ‘’Saat melintas, sopir tak melihat situasi tersebut dulu. Mobil tersebut terseret sejauh 20 meter dari perlintasan tersebut,’’kata dia kepada Republika.

Korban meninggal dunia yaitu Uum (40), Iin (35), Kiki (23), Epul (20), Yedi (20), Febi (18), Debi (9), Vina (5), Fadil (6 bulan), dan Zaki (6 bulan). Sedangkan korban yang mengalami luka-luka yaitu pasangan suami istri Yudi (35)-Yani (30), Reihan (14), dan Sertiana (12). 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement