Senin 19 Mar 2012 06:01 WIB

Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Pemeriksaan Diri dan Dzikir Kepada Allah (5)

Dzikir kepada Allah (ilustrasi).
Foto: Blog.science.gc.ca
Dzikir kepada Allah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Wali Syibli suatu hari pergi mengunjungi sufi Tsauri. Didapatinya Tsauri sedang duduk tafakur sedemikian tenang sehingga tidak satu pun rambut di tubuhnya bergerak.

Syibli pun bertanya kepadanya, "Dari siapa anda belajar mempraktikkan ketenangan tafakur seperti itu?"

Tsauri menjawab, "Dari seekor kucing yang saya lihat menunggu di depan lobang tikus dengan sikap yang bahkan jauh lebih tenang daripada yang saya lakukan."

Ibnu Hanif meriwayatkan, "Kepada saya diberitakan bahwa di Kota Sur seorang syekh dengan seorang muridnya selalu duduk dan larut dalam dzikrullah. Saya berangkat ke sana dan mendapati mereka berdua duduk dengan wajah menghadap ke Makkah. Saya mengucapkan salam kepada mereka tiga kali, tapi mereka tidak menjawab. Saya berkata, "Saya meminta dengan sangat, demi Allah, agar anda menjawab salam saya."

Yang lebih muda mengangkat kepalanya dan menjawab, "Wahai Ibnu Hanif, dunia ini hanya ada untuk waktu yang singkat saja. Dan dari waktu yang singkat itu hanya sedikit yang masih tersisa. Anda telah menghalang-halangi kami dengan menuntut agar kami membalas salam anda."

Ia kemudian menundukkan kepalanya kembali dan diam. Saya waktu itu merasa lapar dan haus, tetapi keingintahuan akan kedua orang itu membuat saya seakan lupa diri. Saya shalaat Ashar dan Maghrib bersama mereka, kemudian meminta mereka memberi nasihat-nasihat ruhaniah.

Yang muda menjawab, "Wahai Ibnu Hanif, kami ini orang sengsara, kami tidak memiliki lidah untuk memberikan nasehat."

Saya tetap berdiri di sana tiga hari tiga malam. Tidak satu patah kata pun terlontar dari kami dan tak seorang pun tidur. Kemudian saya berkata dalam hati, "Saya minta mereka dengan sangat, demi Allah, untuk memberi saya beberapa nasihat."

Yang muda mengkasyaf pikiran saya, kemudian sekali lagi mengangkat kepalanya, "Pergi dan carilah seseorang yang dengan mengunjunginya akan membuat anda mengingati Allah, dan menanamkan rasa takut akan Dia di dalam hati anda, dan yang akan memberi anda nasihat melalui diamnya, bukan lewat cakapnya."

Itu semua adalah dzikir para wali, yaitu berada dalam keadan terserap keseluruhan dalam perenungan akan Allah.

sumber : Kimyatusy Sya'adah (The Alchemy of Happiness) Al-Ghazali, terjemahan Haidar Bagir
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement