REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Untuk kesekian kalinya, Presiden SBY mengungkapkan keluh-kesahnya di depan media. Terakhir adalah saat ia mengundang para petinggi media massa beserta para wartawan pada acara silaturahmi internal Partai Demokrat di Puri Cikeas Bogor, Ahad (18/3) malam.
"Saudara-saudara, sekarang ini yang dijadikan sasaran tembak adalah saya, SBY. Kembali setiap saat begitu," keluh SBY pada penutupan pidato sambutannya di hadapan para hadirin yang terdiri dari perwakilan media dan jajaran pengurus Partai Demokrat.
Tidak hanya itu, SBY juga mengaku diancam gara-gara kebijakannnya yang hendak menaikkan harga BBM. "Hari-hari ini, disamping ada yang mendoakan baik-baik dan memberi semangat, ada yang mengancam keselamatan saya dan (mengancam) akan menjatuhkan saya di jalan," kata SBY.
Menurut SBY, tidak ada satupun presiden yang senang mengeluarkan kebijakan tak populer seperti itu. "Saya kira mendiang Bung Karno dan Pak Harto, atau siapapun yang pada zamannya mengambil keputusan yang pahit ini juga tidak akan senang," katanya.
Ia kemudian mengingatkan para hadirin pada tahun 2005 dimana ia diejek ragu-ragu saat hendak menaikkan harga BBM seiring dengan kenaikan harga minyak dunia. "Saya (waktu itu) bukan ragu-ragu atau takut. Tetapi saya harus hitung dengan cermat. Kalau naik apa yang harus kita lakukan pada rakyat saya dari kalangan miskin. Setelah saya hitung dengan cermat keputusan itu akhirnya saya ambil," katanya.
Kebijakan menaikkan BBM ini, kata SBY, juga diambilnya dengan berat hati. "Kalau saya ingin aman dan Partai Demokrat juga tidak akan diserang, saya juga tidak akan menaikkan harga BBM.Tetapi saya sebagai pemimpin dan sebagai presieen harus mengambil risiko dan menghadapi tantangan. Yang penting niat saya baik untuk menyelamatkan ekonomi kita dan rakyat kita, sertamemikirkan segala sesuatunya dengan masak-masak dan memberikan bantuan kepada saudara kita yang memerlukan bantuan," ujarnya.