REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bahaya rokok bagi kesehatan balita sangat mengganggu pertumbuhannya, baik dari segi fisik maupun psikologi. Balita perokok seperti IH (8 tahun) asal Sukabumi, Jawa Barat, fisiknya sudah tidak seperti anak balita pada umumnya. "Terlihat dari wajah dan kulitnya," ujar dr Adrialti Syamsul, Kepala Dinas Kesehatan Sukabumi di kantor Komnas Perlindungan Anak (KPAI), senin (19/3).
Adrialti menjelaskan, dari segi fisik, IH sudah menunjukkan adanya gangguan. Berat badan IH sudah pada tahap kekhawatiran stadium tiga. Anak usia delapan tahun seharusnya mempunyai berat badan rata-rata 26 kilogram. Namun IH hanya 18 kilogram. Selain itu, wajah IH terlihat kusam dan kulitnya pucat.
Pengecekan kesehatan fisik IH sudah dilakukan sejak dia dibawa ke Rumah Sakit Sekar Wangi, Sukabumi, Jawa Barat. Dari hasil tes kesehatan, paru-paru IH masih terlihat sehat dan tidak memperlihatkan adanya infeksi atau pembesaran jantung. Namun jumlah hemoglobinnya kurang, sehingga menyebabkan kurangnya nafsu makan.
Keterbatasan alat yang dimiliki Rumah Sakit Sekar Wangi membuat IH terpaksa ditangani KPAI. Menurut Adrialti, di RS Sekar Wangi tidak ada dokter spesialis tumbuh kembang anak atau psikolog anak. "Yang ada hanya dokter spesialis anak saja," ucapnya. Hal ini membuat IH terpaksa harus menjalani perawatan dan cek kesehatan di RSCM untuk mengetahui hasil kesehatan yang lain.