REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Kelompok terdepan Al-Qaidah di Irak mengeklaim bertanggung jawab atas sejumlah pengeboman yang menewaskan 50 orang pada Selasa (20/3). Serangkaian pengeboman itu jadi peristiwa terburuk dan mematikan dalam dua bulan ini. Peristiwa berdarah itu hanya beberapa waktu sebelum terjadinya pertemuan puncak negara-negara Arab, pekan depan.
Negara Islam Irak (ISI) menyatakan dalam pernyataannya yang disiarkan di forum jihad Honein bahwa mereka ada di balik serangan itu. Seperti dilansir AFP, Rabu (21/3), mereka menyatakan melakukan penyerangan terhadap beberapa pos pejabat, keamanan, serta militer di negeri itu.
"Negara Islam Irak secara bersamaan menyerang rencana keamanan pihak berwenang, (menjelang) pertemuan para tiran Arab di Baghdad," kata pernyataan itu. Serangan-serangan itu menghancurkan rencana kepala-kepala keamanan Irak yang tengah dipersiapkan menjelang pertemuan akbar itu.
Gelombang serangan senjata dan bom di seluruh negeri menewaskan 50 orang dan menyebabkan 255 lainnya luka-luka pada Selasa, bertepatan dengan ulang tahun awal invasi tentara asing pimpinan Amerika Serikat di Irak. Kekerasan itu mengguncang 20 kota dan kota-kota yang meliputi pusat minyak utara di Kirkuk dan kota suci Syiah Karbala, di selatan Baghdad, mulai pukul 07.00 waktu setempat, dan terus berlangsung sepanjang hari.