REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Putut Widjarnako
Kegagalan, kata pepatah, adalah keberhasilan yang tertunda. Paling tidak, itu berlaku untuk Edgar Rice Burroughs (1875-1950). Siapa tidak kenal Tarzan, tokoh rekaannya itu? Apalagi Disney telah membuat film animasi yang, tak pelak lagi, mematri nama Tarzan dalam sel-sel kelabu otak anak-anak -- dan bahkan juga kita, orang dewasa -- di seluruh dunia.
Perjalanan hidup Burroughs, sebelum menjadi pengarang, selalu seperti membentur tembok saja. Dan karena itu ia menulis. ''Saya menulis bukan karena ada dorongan untuk menulis, atau kecintaan menulis. Tetapi karena saya adalah beristri serta memiliki dua anak. Tanpa uang, semuanya akan berantakan,'' kata Burroughs. Tarzan telah menyelamatkannya, dan malah membawanya ke kemashyuran.
Burroughs mulai menulis ketika berumur 35 tahun -- setelah, kata Burroughs sendiri, gagal pada setiap usaha yang ia rintis. Ia banyak berganti pekerjan: menjadi koboi di Idaho; penambang emas di Oregon, polisi jalan kereta api di Utah; dan banyak lagi. Ia malah pernah bekerja sebagai akuntan, padahal ia buta akuntansi. Untung atasannya lebih buta akuntansi, hingga membuat Burroughs bisa bertahan beberapa waktu. Setelah itu ia membuka bisnis sendiri, dan gagal. ''Saya harus menggadaikan perhiasan istri dan jam tangan saya untuk membeli makanan,'' katanya.
Ia lantas menjadi agen penjual serutan pensil. Sembari menunggu anak buahnya, ia mulai menulis. Ia, memang, sebelumnya telah banyak membaca majalah picisan, yang berisi hanya cerita. ''Kalau orang bisa mendapat uang dengan menulis cerita bualan seperti ini, saya juga bisa,'' kata Burroughs. Keyakinan yang, beberapa saat kelak, terbukti. Imajinasi pertamanya bukanlah Tarzan serta ekosotisme rimba belantara Afrika, tetapi tokoh rekaan John Carter dan Planet Mars. Cerita pertamanya itu terbit pada tahun 1912 - berjudul Dejah Thoris, Princess of Mars - dibeli seharga 400 dolar, dan dimuat berseri di majalah All-Story. ''Berapa pun jumlah uang yang saya terima sekarang, tak ada yang menyamai rasa gembira saya ketika menerima uang 400 dolar itu,'' kata Burroughs belakangan.
Sesudah itu jalannya mulai lempang. Burroughs, yang sekarang bekerja pada sebuah majalah, mulai menulis Tarzan of the Apes. ''Saya menulisnya di belakang kertas surat tak terpakai, dan kertas bekas lain,'' katanya. Tarifnya pun naik, kini 700 dolar, dan dimuat berseri di majalah All-Story tahun 1912. Setelah menyelesaikan beberapa cerita, setahun kemudian ia memutuskan menggantungkan hidupnya dari menulis.
Tapi Tarzan belumlah muncul dalam bentuk buku. Karenanya penghasilan Burroughs hanya datang dari penjualan naskahnya ke majalah. Ia, sebenarnya, telah mencoba menawarkan Tarzan ke penerbit buku. Tapi, ''Semua penerbit terkemuka Amerika, dan 13 penerbit Inggris, menolak menerbitkannya,'' kenang Burroughs. Untunglah seorang editor koran Evening World tertarik pada Tarzan, dan memuatnya berseri di korannya -- yang kemudian diikuti beberapa koran lain. Jadilah Tarzan makin terkenal, dan membuat A.C. McClurg&Co -- yang tadinya menolak menerbitkannya -- berpikir ulang untuk menerbitkannya.
Menulislah tiap hari, nasihat Burroughs, meski hanya sebentar. Jadilah pekerja, bukan pelagak. Dan itu pula yang ia lakukan. Karenanya ia menghasilkan dua lusin lebih buku Tarzan, tujuh belas buku seri Mars dan Venus, tujuh buku seri Pellucidar yang ber-setting di pusat Bumi, Burroughs belakangan mendirikan penerbit sendiri, dan bahkan juga perusahaan film sendiri.
Di antara semua tokoh rekaannya, Tarzan paling dikenal. Komik dan film -- lebih dari 50 film jumlahnya -- membawa nama Tarzan ke rumah-rumah di seluruh dunia. Dari film bisu yang dibuat tahun 1918 dan menjadi film pertama yang mereguk satu juta dolar dalam sejarah, film serialyang dibintangi peraih medali emas Olimpiade Johnny Weissmuller (pernah ditayangkan TVRI pertengahan tahun70-an), hingga film animasi dengan teknik mutakhir deep canvas buatan Disney yang kini sedang diputar di bioskop di seluruh dunia.
Pada 19 Maret 1950, saat sendirian di rumahnya dan usai membaca komik mingguan, ia meninggal. Pria ini, yang bukunya diterjemahkan ke 58 bahasa dan terjual ratusan juta eksemplar di seluruh dunia, pernah mengatakan, ''Saya menulis karena ingin lepas... lepas dari kemiskinan.'' Tetapi, ternyata, yang ia perleh lebih dari itu. Ia memperoleh kemashyuran.
Meskipun begitu, Tarzan, tentu saja, malah lebih masyhur darinya. Gabungan kegagahan Tarzan, kebuasaan rimba Afrika, petualangan yang seru, serta romansanya dengan Jane telah mempesona dunia. Hingga kini, dan bahkan entah sampai kapan.