REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sebanyak 70 ribu anak-anak meninggal akibat tubercolosis (TB) setiap tahunnya. Tingginya angka kasus tersebut disebabkan kegagalan tenaga medis mendeteksi gejala TB sejak dini.
"Seringkali TB tidak dapat terdiagnosa pada anak-anak. Hal ini karena gejala TB pada anak memang tidak terlalu spesifik," kata Kordinator Departemen Penanggulangan Tubercolosis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Malgosia Grzemska, seperti dikutip AP, Rabu (21/3).
Ia menjelaskan, pada orang dewasa gejala TB dapat dikenali dengan batuk yang kronis. Namun pada anak-anak, TB tidak disertai batuk. "Anak hanya menjadi kurang aktif. Mereka menjadi terlihat selalu lesu," ungkapnya.
Untuk menanggulangi hal itu, lanjut dia, perlu dilakukan deteksi dini pada anak-anak yang tinggal di lingkungan keluarga yang menderita TB. Meski tidak terinfeksi TB, anak-anak ini harus diberikan terapi pencegahan. Sedangkan bagi anak yang sudah terlanjur terinfeksi harus segera dirawat seketika. "Sekitar setengah juta bayi dan anak terinfeksi TB tiap tahunnya," imbuhnya.