REPUBLIKA.CO.ID, PORT SAID -- Sedikitnya satu orang tewas dan 18 lainnya luka-luka dalam bentrok antara suporter sepak bola dengan polisi militer di Port Said, Mesir. Bentrokan ini menyusul kekecewaan suporter terhadap putusan skorsing selama dua tahun terhadap klub sepakbola setempat Al-Masry.
Bentrokan tersebut terjadi pada Jumat (23/3) malam hingga Sabtu (24/3) dini hari waktu setempat. Polisi militer berulang kali melepaskan tembakan peringatan ke udara untuk membubarkan ratusan suporter yang melakukan aksi protes di luar Gedung Suez Canal Authority. "Ratusan fans yang marah bentrok dengan polisi militer seketika setelah putusan itu diumumkan," kata seorang saksi mata seperti dilansir Aljazeera.
Otoritas kesehatan setempat mengatakan, satu orang tewas akibat luka tembak di bagian punggung dalam bentrok tersebut. Dua orang lain luka berat akibat tembakan aparat. "Keseluruhan ada 18 orang luka-luka," ungkap seorang petugas medis.
Federasi sepak bola Mesir (EFA) menjatuhkan skorsing selama dua tahun kepada klub sepak bola Al-Masry menyusul insiden keributan dalam laga melawan Al-Ahly bulan lalu. Sebanyak 75 orang tewas dalam keributan itu.
Jaksa Mesir mendakwa 75 warga Mesir atas pembunuhan dan kelalaian terkait dengan kerusuhan sepak bola mematikan bulan lalu, Kamis (15/3).
Dalam kerusuhan tersebut, setidaknya 75 orang tewas. Kerusuhan di stadion Port Said itu merupakan yang terburuk di dunia sepak bola dalam 15 tahun terakhir.
Akibat kerusuhan itu, Liga Utama Mesir resmi dihentikan. Meski musim ini masih menyisakan 19 pertandingan, tapi Liga Mesir resmi dihentikan oleh otoritas sepak bola setempat.
Sebagai ganti, federasi sepak bola Mesir akan menggelar turnamen persahabatan untuk mengisi kekosongan jadwal antara 29 Maret hingga 18 Mei.
Ikuti Whatsapp Channel Republika