REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO – Layar televisi di seluruh wilayah Mali mendadak menjadi hitam, Jumat (23/03). Serta merta pasukan barikade terlihat lalu lalang di sekitar perumahan yang masih dipenuhi warga setempat.
Pasukan pemberontakan Tuareg berhasil menguasai stasiun televisi milik pemerintah. Mereka lalu mengumumkan keberhasilan menggulingkan pemerintah. Pasukan pemberontak memasuki istana presiden dan menjarah segala sesuatu di jalanan.
Sinyal televisi juga sempat putus beberapa jam dan kemudian hidup kembali. Di kamera tampak selusin prajurit yang menyangkal bahwa pemimpin kudeta mereka telah terbunuh.
Mereka juga menyatakan tidak benar stasiun televisi tersebut telah diambil alih oleh pasukan yang loyal terhadap pemerintahan yang sah. Pemimpin kudeta, Kapten Amadou Sanogo, juga sempat muncul di televisi untuk mengatakan dirinya dalam keadaan baik.
Dia meminta maaf atas perampokan yang terjadi sepanjang kudeta ini. "Saya mengajak semua untuk menghentikan penjarahan Mali, karena itu bukan misi dan tujuan kita," katanya seperti yang dilansir oleh Associated Press.
Kamera televisi sempat menyorot sekeliling ruangan untuk menunjukkan prajurit yang menggunakan seragam dan baret beda warna. Sanogo juga menunjukkan para anggota polisi dan resimen parasut dalam sebuah kesatuan. Sementara itu, di luar stasiun televisi beberapa kali terdengar tembakan sporadis.