REPUBLIKA.CO.ID, PORT SAID -- Kerusuhan pecah di Port Said setelah klub sepakbola Mesir di non-aktifkan. Seorang remaja berusia 13 tahun tertembak mati dalam kerusuhan tersebut.
Bentrokan terjadi pada Sabtu (24/3) antara fans klub Al-Masry dan pasukan keamanan. Al-Masry merupakan salah satu tim sepak bola papan atas Mesir. Tim tersebut dilarang beraktivitas selama dua tahun kedepan karena insiden kerusuhan di stadion pada Februari lalu. Sedikitnya 74 orang meninggal akibat kekerasan tersebut.
Karena pelarangan tersebut, Al-Masry tidak diperbolehkan mengikuti kompetisi hingga akhir tahun 2013. Hal tersebut membuat penggemar klub tersebut naik pitam. Ratusan suporter turun ke jalan-jalan di Port Said pada Jum'at malam untuk memprotes keputusan tersebut.
Fans Al Masry mengepung gedung pemerintah. Para tentara menembakkan senjata ke udara untuk membubarkan masa.
Surat kabar Al-Ahram mengatakan seorang remaja berusia 13 tahun meninggal di rumah sakit setelah ditembak di punggungnya. Puluhan orang terluka ketika pengunjuk rasa berusaha mencapai Terusan Suez. Reuters mengabarkan sumber medis menyebutkan dua orang dirawat karena luka tembak.
Bentrokan pecah kembali pada Sabtu ketika para demonstran melempar batu ke arah pasukan keamanan. Sebagai balasan, pasukan melempar gas air mata dan menembakkan peluru ke udara.
Para demonstran berkumpul di luar kantor pusat administrasi Terusan Suez. Pelabuhan ditutup, demonstran memblokade jalan-jalan menuju dalam kota. Hal tersebut membuat banyak pabrik tutup karena para pekerja tak dapat masuk.
Pada Februari lalu, kerusuhan terjadi di stadion Al-Masry pasca pertandingan melawan Al-Ahly. Al-Ahly dihukum empat laga usiran tanpa penonton. Pelatih klub dan kapten diskors dan didenda.