REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengunjungi perbatasan antar-Korea tersohor yang selalu dalam kondisi tegang. Ia menyebut lokasi itu "perbatasan kebebasan", dan ia mengecam rencana Korut untuk meluncurkan roket.
Obama mengunjungi Korea Selatan untuk menghadiri KTT 53 negara yang akan dimulai Senin dengan agenda memerangi terorisme nuklir. Konflik nuklir dengan Korut dan Iran, dan peluncuran roket mendatang, diperkirakan mendominasi perhatian di sela-sela perundingan itu.
Obama mengemukakan kepada pasukan AS di satu ruang makan di Kamp Bonifas, dekat perbatasan itu, mereka adalah bagian dari satu "garis panjang" tentara yang telah membantu Korsel menjadi makmur.
"Kalian berada di perbatasan kebebasan," katanya. Perbedaan antara Korsel dan Korut tidak dapat dihilangkan, sama sekali tidak dapat," imbuhnya.
AS sejauh ini telah menempatkan 28.500 tentara di Korsel. Gedung Putih mengatakan kunjungan presiden itu ke Zona Demiliterisasi (DMZ) di sekitar perbatasan itu adalah untuk menyampaikan penghargaannya kepada mereka dan menegaskan komitmen pada keamanan Korsel.
Obama, yang berdiri di belakang satu sekat kaca tahan peluru, memandang dengan tajam ke Korut melalui teropong dan mengobrol dengan para perwira militer AS.
Obama mendarat dengan menggunakan helikoper di Kamp Bonifas. Nama kamp itu diambil ari seorang perwira AS yang dikampak hingga tewas oleh pasukan Korut dalam bentrokan di DMZ tahun 1976.
Obama akan bertemu dengan sahabat eratnya Presiden Korsel Lee Myung-Bak di Seoul Ahad petang untuk berunding kemudian menyelenggarakan temu wartawan bersama. Kemudian pada Senin ia dijadwalkan berunding dengan Presiden China Hu Jintao dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev di sela-sela KTT Seoul.