Ahad 25 Mar 2012 15:29 WIB

Demokrat 'Keukeuh' Ingin Harga BBM Naik

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Karta Raharja Ucu
Unjuk rasa menolak kenaikan BBM di Jakarta beberapa waktu lalu.
Foto: Antara/Andrie Indrayadi
Unjuk rasa menolak kenaikan BBM di Jakarta beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Departemen Keuangan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, M Ikhsan Modjo mengatakan, Demokrat akan berjuang keras meloloskan opsi kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Ia mengungkapkan pada rapat banggar, Demokrat akan memperjuangkan agar opsi kenaikan BBM bersubsidi bisa 'gol'.

"Kalaupun ada yang menolak, voting di paripurna, dari isu yang berkembang kita tetap ingin meng-golkan kenaikan BBM bersubsidi," tegas Modjo dalam jumpa pers 'Demokrat Pilih Kembalikan Subsidi ke Rakyat', Ahad (25/3).

Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM pun mendapat protes dan tentangan keras dari berbagai pihak. Dan menjelang 1 April, waktu yang ditetapkan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, demo penentangan kenaikan harga BBM pun semakin banyak. Tapi Modjo berpendapat, demonstrasi akibat wacana kenaikan BBM merupakan hal yang biasa.

Sementara itu, Ketua Biro Perimbangan Keuangan Daerah DPP Partai Demokrat, Muhammad Husni Thamrin menuturkan, siapapun presidennya, dengan logika harga minyak dunia yang semakin meningkat, otomatis harga BBM bersubsidi juga akan naik. Ia beralasan, kenaikan BBM di Malaysia sekitar dua pekan lalu tidak dimainkan sebagai isu politik.

"Kalau tidak, defisit anggaran ditutup dari mana, nanti defisit semakin tinggi," klaim dia.

Di Indonesia, harga BBM bersubsidi saat ini masih Rp 4.500 per liter. Sementara Malaysia, menjual BBM Rp 7 ribu per liter. Harga BBM tak bersubsidi di Thailand setara Rp 12.453 per liter. Sedangkan harga BBM di Filipina mencapai Rp 12.147 per liter, bahkan Singapura menjual BBM Rp 15.695 per liter.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement