REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan pengasuh pondok pesantren Az-Zaytun, Panji Gumilang yang mengatakan perlunya Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel, menuai protes dan kecaman dari berbagai kalangan.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Yunahar Ilyas menilai pernyataan itu seharusnya tidak keluar dari seorang Muslim, apalagi sosok yang dikenal sebagai pengasuh pondok pesantren.
"Apabila ia Muslim dan masih memiliki hati nurani dan berpikiran jernih, maka ucapan itu tidak pantas terucap," kata Yunahar kepada Republika.co.id dalam pesan singkatnya, Senin (26/3).
Panji Gumilang pada Ahad (25/3) lalu di hadapan Menteri Agama, Suryadharma Ali menyampaikan pernyataan kontrovesialnya. Selain mengusulkan perlunya dibuka hubungan diplomatik Indonesia-Israel, Panji juga mengatakan bahwa Israel bukanlah penjajah. Tapi Israel berusaha membagi dua wilayah menjadi milik Israel dan Palestina.
Menurut Yunahar ucapan yang menganggap bahwa Israel bukan penjajah merupakan sesuatu yang mengeyampingkan fakta sejarah. Bagaimanapun, jelas dia, Israel telah mengusir rakyat Palestina untuk memaksa adanya solusi dua negara.
"Solusi kedua negara adalah kehendak Amerika dan Barat, bukan kehendak rakyat Palestina," ujarnya. Dunia internasional, lanjut dia, telah mengakui bahwa Israel melakukan pelanggaran HAM berat, bahkan negara-negara Islam telah sepakat bahwa Israel adalah negara penjajah.
Membuka hubungan diplomatik dengan Israel, maka tidak ubahnya mengaku negara penjajah ini sebagai merdeka. Dan itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, dan tidak peduli dengan negara Palestina yang sedang terjajah.