Selasa 27 Mar 2012 21:23 WIB

Deddy Mizwar Pesimis dengan Film Indonesia

Aktor Deddy Mizwar memberikan pandangannya seputar film di Indonesia dalam diskusi yang berjudul
Foto: Republika/Agung Supri
Aktor Deddy Mizwar memberikan pandangannya seputar film di Indonesia dalam diskusi yang berjudul "Aku Cinta Film Indonesia" di .Auditorium Gedung Film, Selasa (27/3). Menjelang hari film nasional yang akan jatuh tepat pada 30 Maret nanti, para sineas berha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapabilitas Deddy Mizwar di perfilman Indonesia tidak diragukan lagi. 30 tahun lebih Deddy Mizwar berkecimpung di perfilman Indonesia. Tidak hanya sebagai aktor atau produser, Deddy Mizwar juga pernah duduk di kursi pemerintahan yang menaungi film sebagai Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) periode 2006 – 2009.

Terlahir sebagai orang film, kini Deddy justru enggan membicarakan film Indonesia. Pasalnya, pemerintah dianggapnya tidak memperhatikan perfilman nasional itu sendiri.

“Saya nggak mau ngomong tentang film Indonesia saya hanya mau bikin film Indonesia. Soalnya lama kalau kita ngomong film Indonesia nggak akan ada habisnya. Yang menyedihkan sekarang adalah UU no 33 tahun 2009 sampai hari ini tidak ada satupun pasal yang sudah dilaksanakan kecuali melantik kembali anggaota LSF (Lembaga Sensor Film), itu pun PP-nya nggak ada,” keluh Deddy Mizwar saat berbicara dalam seminar sehari “Aku Cinta Film Indonesia” di Gedung Film, MT Haryono, Jakarta, Selasa (27/3).

Pemeran Nagabonar ini menjelaskan, hingga kini ia belum melihat film Indonesia dijadikan alat sebagai mindset bangsa. ”Negara lain sudah melakukan itu, bahkan (perfilman) India maju saat ini karena beberapa tahun lalu mereka protect perfilmannya. Amerika juga begitu,” paparnya.

Pemeran Kejarlah Daku Kau Kutangkap ini pun pesimis film Indonesia mampu bersaing di peta persaingan perfilman dunia saat ini.

“Banyak film-film tertentu yang menang dalam festival di Internasional. Memang ada, tapi belum ada apa-apanya dalam perfilm-an dunia. Banyak orang-orang asing yang mempunyai film animasi yang animasinya dikerjakan oleh orang Indonesia. Tapi kita sendiri tidak bisa seperti itu karena terhalang biaya, itu membutuhkan biaya yang sangat mahal,” terangnya.

“Apalagi sekarang masuk dunia film digital, sebentar lagi perfilman Indonesia bisa mati. Yang dapat mencegah ini cuma pemerintah. Kita benahi dulu perfilman Indonesia,” tandasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement