Kamis 29 Mar 2012 21:38 WIB

Kerajaan Murdoch Terima Tuduhan Baru, Sabotase Pesaingnya

Rupert Murdoch
Foto: forbes.com
Rupert Murdoch

REPUBLIKA.CO.ID, SIDNEY - Kaisar Media, Rupert Murdoh kembali diterpa masalah. Masih belum kelar tudingan penyadapan yang kasusnya bergulir hingga kini, News Corp kembali dituduh melakukan praktis sabotase terhadap TV berbayar yang menjadi pesaingnya.

Muncul dugaan, ditulis oleh The Australian Financial Review, bahwa News Corp memanfaatkan satu unit khusus bernama Operational Security, didirikan pada pertengahan 1990-an, untuk menyabot rivalnya di Australia. Temuan ini menguatkan klaim yang dibuat BBC Panorama dalam film dokumenternya disiarkan awal pekan ini.

"Ini adalah tuduhan serius, dan setiap tuduhan kegiatan kriminal harus dirujuk kepada AFP [Polisi Federal Australia ] untuk penyelidikan," ujar juru bicara Menteri Komunikasi Australia, Stephen Conroy.

Operational Security adalah sebuah unit dari NDS, anak perusahaan News Corp yang menangani keamanan enkripsi. News Corp bulan ini menjual NDS ke Cisco Systems sebesar USD 5 miliar. NDS telah menghadapi beberapa masalah hukum, terutama terkait pembajakan.

Unit Operational Security dikelola oleh mantan polisi dan petugas intelijen, menggunakan peretas untuk memecahkan kode smartcard yang dikeluarkan untuk pelanggan dari TV berbayar saingan. Para peretas ini kemudian menjual di pasar gelap smartcard itu menggunakan kode-kode untuk memberikan pembelinya akses gratis ke layanan tersebut.

Operational security semula dibentuk untuk melindungi operasi mereka dan memburu mereka yang mencoba meretas situs mereka. Namun belakangan, operasinya melenceng yaitu untuk melemahkan pesaing.

Dalam acara Panorama, BBC menuduh bahwa NDS menyewa konsultan untuk mengirim kode enkripsi dari ITV Digital di Inggris, saingan utama dari Sky TV milik Murdoch. Pembajakan meluas setelah publikasi online kode itu. Situasi ini berkontribusi terhadap runtuhnya ITV Digital tahun 2002.

sumber : The Vancouver Sun
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement