REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyesalkan bentrokan mahasiswa dengan polisi dalam demo antikenaikan harga BBM seperti di Jalan Dipenegoro, Jakarta Pusat, Kamis (29/3) malam. Kontras mendorong dilakukannya pengusutan dan tindakan hukum terhadap kedua belah pihak.
Bentrokan itu ditandai dengan pembakaran kendaraan polisi, penembakan mahasiswa dengan peluru karet, dan penggeledahan kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). ''Kalau mahasiswa terbukti bertindak anarkis, silahkan diproses hukum. Begitu juga bagi polisi,'' kata aktivis HAM dan Kontras, Usman Hamid.
Ia menganggap polisi telah bertindak gegabah dan sewenang-wenang karena merangsek masuk ke kantor YLBHI/LBH Jakarta di Jalan Diponegoro tanpa izin dan surat penggeledahan. Polisi juga mestinya mengirim utusan dulu ketika hendak masuk ke kantor YLBHI. ''Tetapi mereka langsung masuk dan melakukan penggeledahan,'' katanya.
Selain menggeledah, polisi juga mengangkut 52 aktivis Koalisi Nasional Mahasiswa Indonesia (Konami) yang tengah berada di kantor YLBHI. Belakangan gabungan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia itu memang getol menggelar unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM.
Dalam penggeledahan itu, Direktur Litbang YLBHI, Agung Wijaya, ikut ditangkap. Ia dituduh ikut berada di tengah massa pengunjuk rasa yang berakhir bentrok dengan mahasiswa. ''Padahal, ketika kejadian, kami sedang rapat di lantai 3 YLBHI, membicarakan pelantikan pengurus LBH bandung dan kondisi negara saat ini,'' kata Bambang Sri Pujo Sukarno, koordinator Tim Advokasi Mahasiswa dan Rakyat.