REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua tim rekonsiliasi PSSI, Bernhard Limbong mengatakan upaya islah dengan klub Liga Super Indonesia tidak akan berakhir sekalipun klub menolak hadir dalam dua forum rekonsiliasi PSSI. Upaya rekonsiliasi tetap akan dilakukan dengan segala macam cara.
“Bila perlu saya akan mengemis langsung memohon agar terciptanya rekonsiliasi,” ujar Limbong kepada sejumlah wartawan kemarin. Karena di dua cara sebelumnya rekonsiliasi mentok, PSSI akan mencoba cara baru dengan menemui klub dan personal untuk menawarkan lima upaya damai. PSSI, ujar Limbong, akan segera menyusun waktu untuk digelarnya peretemuan dengan masing-masing klub.
“Bisa langsung kita datangi mereka satu per satu atau dengan personal. Semua jalan terbuka,” ujar Limbong.
Menurutnya rekonsiliasi jangan diartikan sebagai mengalah atau mencoba menarik simpati. Rekonsiliasi hanya demi menata sepak bola Indonesia lebih baik kedepan. "Pasti dalam rekonsiliasi kita tidak boleh menang sendiri. Ada hal yang masing-masing harus kita korbankan,” kata Limbong.
Dia pun membuka kesempatan untuk meninjau dihapuskannya beberapa klub yang kini tersandera dualisme. “Kita lihat saja. Bisa kita bicarakan. Mana klub yang nantinya dihapus atau seperti apa,” terangnya.
Senada dengan Limbong, Deputi Sekjen PSSI, Saleh Mukaddar mengungkapkan, rekonsiliasi baru memasuki tahap awal. Upaya yang dilakukan PSSI dengan menggelar dua agenda rekonsiliasi sebelumnya hanya permulaan.
“Kita sudah mengatakan upaya rekonsiliasi dilakukan hingga musim kompetisi berakhir. Jadi aneh jika ada yang mengatakan kami terlambat,” kata Saleh,
Saleh juga mengatakan, kini saatnya klub mengungkapkan apa yang mereka inginkan untuk menyelesaikan kisruh kompetisi. Segala tawaran klub akan lebih membantu, ketimbang harus terus berdebat di media.
“Kalau memang tidak setuju. Katakan saja langsung letak ketidaksetujuannya dimana. Jangan belum apa-apa sudah menolak,” pungkas Saleh