REPUBLIKA.CO.ID, Meski film negeri sendiri terus diproduksi, ternyata film Laskar Pelangi dan Ayat Ayat Cinta tetap bertahan sebagai film terlaris.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), untuk jumlah penonton film Indonesia, rekor tertinggi masih diraih oleh film Laskar Pelangi dengan jumlah penonton 4,1 juta dan film Ayat-Ayat Cinta sebanyak 3,6 juta penonton.
Sedangkan jumlah film Indonesia yang dihasilkan setiap tahunnya sejak tahun 2008-2011 ini cenderung menurun. Jumlah film yang tercatat pada 2011 adalah 82 judul, sedangkan pada tahun 2008 sudah mencapai 87 judul.
Menparekraf Mari Elka Pangestu juga mengakui ada persoalan dalam distribusi film terkait kurangnya jumlah bioskop, belum adanya tata edar, belum adanya aturan pertunjukan film, serta belum adanya sistem informasi jumlah penonton film.
"Jangkauan penonton film Indonesia relatif rendah, dimana frekuensi menonton per kapita Indonesia hanyalah 0,24, relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara Asia," ujarnya.
Ditambahkan Direktur Jendral Nilai Budaya Seni dan Film Kemenparekraf Ukus Kuswara, investasi untuk pembangunan bioskop, akan menjadi perhatian Kemenparekraf karena saat ini Indonesia hanya memiliki 190 gedung bioskop, dengan 774 layar, yang sebagian besar terpusat di Pulau Jawa, dan kota-kota besar lainnya.
"Bahkan ada 10 provinsi yang belum memiliki bioskop, yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, NTB, Aceh, Gorontalo, Bangka Belitung, NTT, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat," kata Ukus.
Namun demikian, perkembangan menggembirakan terlihat pada peningkatan jumlah penonton. Tahun 2010 jumlah keseluruhan penonton film nasional mencapai 46 juta, meningkat menjadi 62 juta penonton di tahun 2011.
Kendati ada penurunan dari segi kuantitas dibandingkan tahun 2008, dari segi kualitas semakin membaik yang ditandai dengan makin banyaknya film dan aktor Indonesia yang mendapat penghargaan di festival film di tingkat regional maupun internasional.
Mari Pangestu juga mengakui ada permasalahan di rantai produksi perfilman terkait masalah pembiayaan dan perizinan lokasi pengambilan gambar film. Rata-rata film berkualitas dihasilkan dengan biaya di atas Rp 5 miliar, tetapi di lain pihak belum banyak lembaga pembiayaan yang masuk dalam industri ini.