REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menantang civitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk mampu membuat mesin yang dapat mengubah tepung sagu menjadi semacam beras sehingga bisa dikonsumsi semua masyarakat Indonesia sebagai makanan utama.
Pembuatan alat itu dikatakan Dahlan dapat menekan tingginya jumlah impor beras. Pihaknya menilai sagu yang berlimpah di daerah Papua seharusnya bisa diolah menjadi beras. “Tahun lalu Indonesia harus mengimpor beras satu juta ton per tahun,” katanya saat menjadi keynote speaker Kuliah Kebangsaan Bung Karno di Gedung Robotika ITS seperti dalam rilis yang diterima Republika, Sabtu (31/3).
Ada tiga alasan utama yang membuat Dahlan memilih Papua. Pertama, untuk kepentingan pro Papua agar bisa mendukung pembangunan di daerah tertinggal. Kedua, adanya hutan sagu yang berlimpah yang belum termanfaatkan dengan baik. Ketiga, untuk memperbaiki sistem logistik nasional.
“Jadi kalau kapal harus kirim barang ke Papua, baliknya biar tidak kosong tapi ada yang harus diangkut untuk didistribusikan,” beber Dahlan.
Dahlan yang didampingi Rektor ITS Tri Yogi Yuwono dan mantan menristek Kusmayanto Kadiman mengapresiasi beberapa alat yang diciptakan civitas akademika ITS seperti mesin perontok padi. Kelebihan mesin tersebut adalah mesinnya mampu membantu satu orang untuk memanen satu hektare sawah hanya dalam waktu empat jam dengan tingkat kehilangan gabah hanya sekitar lima persen. Padahal biasanya bisa mencapai 12 persen kehilangannya.
Apalagi, tambah Dahlan, selain untuk merontokkan padi, mesin rancangan alumni ITS tersebut juga bisa berfungsi sebagai mesin pembajak sawah. “Nantinya saya akan larang BUMN impor mesin panen ini dari luar negeri,” terangnya.
Pembuatan kapal penyeberangan 3 in 1 yang mampu menampung penumpang, barang, dan ternak tidak luput dipujinya. Pihaknya juga berencana meminta PT Pelni untuk mengubah semua kapalnya menjadi 3 in 1 sehingga diharapkan juga lebih menghemat bahan bakar.
“Sehingga kapal tidak perlu lagi harus bolak-balik mengambil muatan yang berbeda-beda,” ujar mantan dirut PT PLN itu.
Dahlan juga menyempatkan diri mengunjungi satu per satu stan pameran yang menampilkan karya-karya teknologi hemat energi ITS. Bahkan usai memberikan kuliah, Dahlan sempat menjajal mobil listrik Naga Geni karya mahasiswa D3 Teknik Mesin ITS dengan berkeliling di halaman gedung Robotika.