REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) membantah menyimpan bom molotov dalam aksi unjuk rasa seperti yang dituduhkan polisi.
Sebelumnya Jumat (30/3) Polres Jakarta Pusat melakukan penggrebekan di Sekretariat GMKI Jakarta menyusul dugaan adanya bom molotov disana. "19 orang kami amankan, beserta barang bukti 3 buah bom molotov dan beberapa bilah kayu," ujar Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Angesta Romano Yoyol, Jumat (30/3) lalu.
Hal ini dibantah Jhony Rahmat, Ketua Umum GMKI kepada Republika Online. ''Itu tidak benar, adanya bom Molotov di kantor kami,'' ujarnya.
Jhony menilai barang bukti sebenarnya sudah ada. ''Sidik jari pelaku yang membawa kan bisa dicek. Tapi kenapa ini tidak segera dilakukan oleh polisi,'' kata Jhony, heran.
Jhony menjelaskan sebelumnya pada 30 Maret 2012 sekitar pukul 22.30, sekitar 150 orang aparat kepolisian melakukan pengepungan dan penyerangan dengan cara menembakkan gas air mata ke arah kantor sekretariat Pengurus GMKI. Polisi melakukan penggeledahan dokumen serta fasilitas GMKI tanpa surat izin penggeledahan. “Kami habis pulang usai aksi demo di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada (30/3) kemarin. Kemudian kami istirahat dan nonton TV. Tiba-tiba terjadi penembakan di pengurus pusat lalu kantor kami digrebek” ujar Jhony.
Kemudian dari insiden penggeledahan ini, polisi melakukan penangkapan paksa terhadap aktivis GMKI. Selain itu, polisi diduga juga melakukan pemukulan kepada beberapa aktivis tersebut. Akibat tindakan pemukulan tersebut, Edy Simamora selaku pengurus Pusat GMKI menderita luka robek serta pendarahan hebat. Edy sendiri sekarang masih dirawat di Rumah Sakit PGI Cikini.