REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pemerintah Israel mendeportasi seorang tahanan Palestina yang melakukan mogok makan selama lebih dari satu bulan. Hal tersebut membuat kondisinya kian memburuk.
Hana Shalabi Ahad (1/4) lalu, akhirnya dideportasi ke Gaza oleh pemerintahan Israel. Sebelumnya Shalabi melancarkan aksi mogok makan selama kurang lebih 44 hari, terkait penangkapan yang dilakukan pemerintah Israel terhadap dirinya.
Merasa tidak terima dengan penahanan yang dilakukan pemerintah Israel, Shalabi melakukan mogok makan. Shalabi dirawat dan menghentikan mogok makannya setelah terkena dehidrasi dan penurunan berat badan. “Saya harap semua menghargai keputusan saya untuk mengakhiri mogok makan. Bukan karena saya lemah, tetapi karena terjadi komplikasi medis, “ ujar Shalabi dalam sebuah surat pada pengacaranya seperti dilansir CNN, Senin (2/4).
Pengacara Shalabi, Jawad Bulos mengatakan, Shalabi melakukan hal tersebut guna memprotes penahanan administratif terhadap dirinya oleh pemerintah Israel. Penahanan administratif memungkinkan pemerintah menahan seseorang tanpa batas.
Addameer, sebuah kelompok yang mendukung tahanan politik Palestina, mengatakan penahanan administratif memungkinkan komandan militer menahan orang selama enam bulan jika para tahanan tersebut dianggap mengancam keamanan publik, tetapi pemerintah dapat memperpanjang penahan tanpa batas.
Shalabi ditangkap pemerintah Israel pada Februari lalu, setelah sebelumnya militer Israel mendapat laporan intelijen bahwa Shalabi terkait kegiatan terorisme. Sementara juru bicara pemerintah Israel Mark Regev mengatakan, hakim telah memutuskan Shalabi dinyatakan berbahaya dan mengancam keamanan pubik. "Dia adalah seorang aktivis Jihad Islam, sebuah organisasi teroris yang ekstrim, dan hakim memutuskan untuk terus menahannya," kata Regev.
Shalabi sebelumnya menghabiskan dua tahun dalam tahanan administratif sebelum akhirnya dibebaskan pada Oktober 2011. Dia merupakan salah satu dari 1.000 tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel sebagai imbalan atas Gilad Shalit, seorang tentara Israel.
Hal serupa juga pernah dilakukan pejuang Palestina lain. Dia adalah Khader Adnan, seorang tahanan Palestina yang mengakhiri mogok makannya setelah 66 hari. Adnan mengakhiri mogok makannya setelah pemerintah Israel mengatakan hukumannya telah diringankan dan tidak diperpanjang.