Rabu 04 Apr 2012 21:12 WIB

Sulit Terulang, Kontribusi Uzbekistan Sekelas Imam Bukhari

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Muslim Uzbekistan tengah menjalankan shalat
Foto: asianews.it
Muslim Uzbekistan tengah menjalankan shalat

REPUBLIKA.CO.ID, TASKHENT - Asia Tengah merupakan salah satu kawasan yang memberikan kontribusi terhadap peradaban dan sejarah Islam. Fakta itu tidak terbantahkan meski ditutup-tutupi pada era Uni Soviet.

"Kita tahu, Uzbekistan dikenal sebagai salah satu negara yang memberikan sumbangsih pada kejayaan perabadan Islam," ungkap Ketua Forum Seni dan Budaya Uzbekistan, Gulnara Karimova, saat membuka pameran budaya Uzbekista di Dubai, seperti dikutip onislam.net, Rabu (4/4).

Menurut Gulnara, melalui pameran ini akan tercipta babak baru hubungan antara Uzbekistan dan negara Islam. Sebab, pameran ini menjadi bukti adanya keterkaitan antara Asia Tengah dan dunia Islam. "Melalui pameran ini dapat menjadi wadah aspirasi dalam usaha mempertahankan tradisi," ujarnya.

Dalam pameran itu ditampilkan jubah megah Emir Terakhir Uzbekistan dari Bukhara. Ditampilkan pula miniatur kota abad pertengahan.  "Ada juga manuskrip abad pertengahan yang langka dan seni tradisional lain. Tak hanya itu, lebih dari 60 buah kaligrafi abad pertengah di tampilkan," papar Direktur Pusat Seni Nasional Uzbekistan, Elira Akhmedova.

Salem Belyouha, Direktur proyek kebudayaan Dubai, mengatakan Uzbekistan memainkan peranan penting dalam sejarah Islam. Negeri ini bahkan melahirkan ulama terkenal seperti Imam Al Bukhari.

Sayang, kontribusi itu tampaknya bakal sulit terulang. Beberapa tahun terakhir, Uzbekistan melakukan pengawasan ketat terhadap aktivitas muslim. Pemerintah berdalih, pengawasan itu merupakan bagian dari usaha mencegah tumbuhnya kelompok ekstrimis.

Pemerintah melalui kebijakan yang diberlakukan semenjak tahun 1998 silam, melarang masyarakat Uzbek mengenakan "pakaian agama di depan umum." Bagi yang tertangkap basah, akan dikenakan hukuman denda lima sampai 10 kali upah minimum bulanan hingga 15 hari di penjara. Oktober lalu, Manzura Kattakhuzhaeva menjadi wanita pertama yang diadili dan dinyatakan bersalah karena mengenakan jilbab.

Tak sampai disitu, aparat berwenang Uzbekistan meningkatkan pengawasan mereka terhadap Muslim. Pengawasan itu terfokus pada apa yang dikenakan dan dilakukan muslim. Mereka tempatkan kamera pengawas di setiap sudut kota dan masjid.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement