REPUBLIKA.CO.ID, Ketika itu salah seorang dari kalangan Anshar ada yang marah, lalu berkata, "Saudara-saudara Quraisy, dari kami seorang amir dan dari kalian juga seorang amir."
"Dari kami para amir dan dari kalian para wazir," kata Abu Bakar. "Aku menyetujui salah seorang dari yang dua ini untuk kita. Berikanlah baiat kalian kepada yang mana saja yang kalian sukai."
Lalu Abu Bakar mengangkat tangan Umar bin Khathab dan tangan Abu Ubaidah bin Jarrah. Kemudian timbul suara-suara ribut dan gaduh. Hal ini dikhawatirkan akan membawa pertentangan.
Ketika itu Umar lalu berkata dengan suaranya yang lantang, "Abu Bakar, bentangkan tanganmu!"
Abu Bakar membentangkan tangan dan dibaiat. "Wahai Abu Bakar, bukankah Nabi sudah menyuruhmu supaya engkaulah yang memimpin kaum Muslimin shalat? Engkaulah penggantinya (khalifah). Kami akan membaiat orang yang paling disukai oleh Rasulullah di antara kita semua ini," kata Umar.
Kata-kata ini ternyata sangat menyentuh hati Muslimin yang hadir, karena benar-benar telah dapat melukiskan kehendak Nabi sampai pada hari terakhir orang melihatnya. Dengan demikian, pertentangan di kalangan mereka dapat dihilangkan. Pihak Muhajirin datang memberikan baiat, kemudian pihak Anshar juga memberikan baiatnya.
Ketika keesokan harinya Abu Bakar duduk di atas mimbar, Umar bin Khathab tampil berbicara sebelum Abu Bakar. "Kepada saudara-saudara sekalian, kemarin aku sudah mengucapkan kata-kata yang tidak terdapat dalam Kitabullah, juga bukan suatu pesan yang diberikan Rasulullah kepadaku. Tetapi ketika itu aku berpendapat, bahwa Rasulullah yang akan mengurus soal kita, sebagai orang terakhir yang tinggal bersama-sama kita."
"Tetapi Allah telah meninggalkan Quran buat kita, yang juga menjadi penuntun Rasul-Nya. Kalau kita berpegang pada Kitab itu, Allah menuntun kita, yang juga telah menuntun Rasulullah. Sekarang Allah telah menyatukan persoalan kita di tangan sahabat Rasulullah SAW yang terbaik di antara kita dan salah seorang dari dua orang, ketika keduanya itu berada dalam gua. Maka marilah kita baiat dia."
Ketika itu orang lalu memberikan baiatnya kepada Abu Bakar sebagai baiat umum setelah Baiat Saqifah.
Selesai baiat, kemudian Abu Bakar berdiri. Di hadapan mereka itu ia mengucapkan sebuah pidato yang dapat dipandang sebagai contoh yang sungguh bijaksana dan sangat menentukan.
Abu Bakar RA berkata, "Saudara-saudara, aku sudah dijadikan penguasa atas kamu sekalian, dan aku bukanlah orang yang terbaik di antara kamu. Kalau aku berlaku baik, bantulah aku! Kebenaran adalah suatu kepercayaan, dan dusta adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di kalangan kamu adalah kuat di mataku, sesudah haknya nanti kuberikan kepadanya, insya Allah. Dan orang yang kuat, buatku adalah lemah sesudah haknya itu nanti aku ambil, insya Allah."
"Apabila ada golongan yang meninggalkan perjuangan di jalan Allah, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Apabila kejahatan itu sudah meluas pada suatu golongan, maka Allah akan menyebarkan bencana pada mereka. Taatilah aku, selama aku taat kepada (perintah) Allah dan Rasul-Nya! Tetapi apabila aku melanggar (perintah) Allah dan Rasulullah, maka gugurlah kesetiaanmu kepadaku. Laksanakanlah shalat, niscaya Allah akan merahmati kalian semua!"