REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Daftar teroris Departemen Keamanan Publik Cina bertambah. Enam orang dituduh berada di balik kegiatan teroris di wilayah barat Xinjiang. Nama keenam orang tersebut diidentifikasi sebagai etnis Uighur.
Mereka dituding Pemerintah anggota kunci Gerakan Islam Turkestan Timur, yang melihat Cina sebagai lembaga teroris internasional. Namun keenam orang ini tidak ditahan, hanya diawasi gerak-geriknya.
Dalam situs resminya, Kamis (5/4) pemerintah menyatakan mereka telah merekrut dan melatih anggota, menyediakan dana dan menghasut kekerasan, termasuk pengeboman bunuh diri.
Xinjiang masih terus mendidih sejak 2009, ketika hampir 200 orang tewas dalam pertempuran etnis antara suku Uighur dan Han di Urumqi, ibu kota daerah itu. Kekerasan berkobar lagi Juli lalu ketika sekelompok orang Uighur menyerang sebuah kantor polisi di Hotan dan membebaskan sandera. Kejadian ini menewaskan empat orang. Pada bulan yang sama warga Uighur di Kashgar membajak truk, membakar sebuah restoran dan menusuk beberapa orang di jalan.
Para kritikus mengatakan kebijakan ekonomi Cina dan aturan yang ketat terhadap ekspresi budaya dan agama menciptakan kemarahan dan kebencian di antara orang-orang Uighur di kawasan itu.
Sementara, Cina berdalih mengatakan telah banyak berinvestasi untuk meningkatkan standar hidup dan menghadapi ancaman teroris terorganisasi dari kelompok-kelompok muslim radikal. Beijing dituduh mengeksploitasi ketakutan terorisme untuk membenarkan penindasan terhadap perbedaan pendapat yang sah.