Sabtu 07 Apr 2012 16:12 WIB

Demokrat:Presiden Hati-hati Mengambil Putusan Soal PKS

Rep: asep wijaya/ Red: Taufik Rachman
Ketua Dewan Pembina Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaq
Foto: antara
Ketua Dewan Pembina Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaq

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Selaku pimpinan sekretariat gabungan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak memiliki keraguan atau takut dalam mengambil keputusan.

''Dalam kasus PKS, beliau hanya bersikap hati-hati dalam membaca data-data politik,'' kata Sekretaris Divisi Komunikasi DPP Partai Demokrat, Hinca Panjaitan.

Presiden, kata Hinca, juga harus mempertimbangkan risiko politik untuk mengetahui pilihan mana yang tepat. ''Jadi semuanya harus bersabar menunggu keputusan presiden," tutur Hinca menanggapi desakan berbagai kalangan agar presiden segera mengambil keputusan soal PKS.

Harapan agar presiden segera mengambil keputusan antara lain datang dari Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Happy Bone Zulkarnaen, dalam sebuah diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, (7/4). Menurut Happy, saat ini merupakan momen yang tepat bagi Presiden SBY untuk menunjukkan sikap kepemimpinannya yang kuat.   "Presiden jangan lagi menyampaikan sikapnya lewat sinyal-sinyal," ujar Happy kepada wartawan.

Presiden, ungkap Happy, harus menegaskan sikapnya untuk mengeluarkan PKS dari Setgab tanpa ragu-ragu lagi. Pimpinan Setgab, tutur Happy, harus menunjukkan kepada publik akan ketegasan yang dia miliki dalam mengambil keputusan.

Menurut Happy, kendati PKS keluar dari koalisi, Setgab masih tetap kuat di parlemen. Saat ini saja, ujar Happy, jumlah kursi koalisi berjumlah 423 sedangkan untuk oposisi berjumlah 137. Bila PKS yang memiliki 57 kursi keluar dari koalisi, ungkap Happy, Setgab masih tetap berada di atas oposisi untuk perolehan kursi di parlemen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement