REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH – Menunggu penantian 24 tahun berakhir. Inilah penantian timnas Brasil setelah mengalahkan Italia melalui adu penalti dengan skor 3-2.
Kemenangan ini menjadikan tim Samba juara Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya sejak 1970 di Meksiko.
Para pemain timnas Brasil merayakan kemenangan itu dengan membawa bendera mengitari Stadion ‘Rose Bowl’ Pasadena.
Perayaan itu dilakukan juga sebagai penghargaan bagi pembalap Formula Satu (F1) asal Brasil, Ayrton Senna, yang tewas di Sirkuit Imola, hanya beberapa pekan sebelum momen tersebut.
Para fotografer berkumpul di sekitar para pemain yang saling menyerahkan trofi, dari Romario ke kapten Carlos Dunga, hingga kiper Claudio Taffarel.
Di tengah perayaan, ada pemain cadangan berusia 17 tahun dengan senyum ompongnya yang berperan sebagai ‘penonton’ dalam perayaan mahkota Piala Dunia keempat Brasil.
Tapi siapa sangka, karier pria ompong itu ke depannya sangat cemerlang dan menjadi striker paling ditakuti pada zamannya. Pemain itu memiliki nama Ronaldo Luis Nazario de Lima. Dikutip dari laman organisasi sepakbola dunia FIFA, Ronaldo disebut sebagai pemain yang memiliki sensasi global.
Awal kariernya sebagai pemain amatir dengan bermain di Sao Cristovao di Rio de Janeiro, Ronaldo menandatangani formulir profesional dengan berpindah ke Cruzeiro pada usia 16. Kemudian dia beralih ke PSV Eindhoven, sesaat sebelum ikut dalam rombongan timnas ke AS.
Semusim menikmati atmosfer kompetisi sepakbola Belanda, Ronaldo bergabung dengan Barcelona, di mana ia terus mencetak rekor luar biasa. Saat itu, untuk kali pertama dia mendapat penghargaan sebagai Pemain Terbaik Dunia pada 1996.
Julukan Sang Fenomenal pun tercipta. Ketika hubungan dengan Barcelona memburuk, ia bergabung dengan Inter Milan dengan menyandang sebagai pemain termahal dunia.
Dia memenangkan penghargaan Pemain Terbaik Dunia untuk kedua kalinya setelah membawa Inter Milan meraih gelar juara Piala UEFA pada 1998. Pada perhelatan Piala Dunia 1998 di Prancis, Ronaldo melesakkan empat gol dan membawa timnya ke final.
Sayangnya, sebelum pertandingan puncak, dia menderita kejang-kejang dan Brasil akhirnya dikalahkan tuan rumah 0-3, dengan Zinedine Zidane sebagai pemain bintang.