Sabtu 07 Apr 2012 18:27 WIB

Presiden Malawi Tutup Usia

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Chairul Akhmad
Presiden Malawi, Bingu wa Mutharika.
Foto: AP
Presiden Malawi, Bingu wa Mutharika.

REPUBLIKA.CO.ID, BLANTYRE – Presiden Malawi, Bingu wa Mutharika, meninggal dunia akibat serangan jantung, Jumat (6/4). Hal itu disampaikan oleh dokter yang merawatnya.

Belum ada pernyataan resmi mengenai kematian Mutharika dan siapa penggantinya. Dokter yang tidak mau disebutkan namanya tersebut mengatakan presiden berusia 78 tahun itu meninggal pada Kamis (5/4). Jasadnya telah dibawa ke Afrika Selatan.

Sejauh ini, pemerintah Malawi hanya mengeluarkan pernyataan di radio dan televisi pemerintah, menyatakan presiden sedang sakit dan diterbangkan ke Afrika Selatan untuk pengobatan lebih lanjut.

Seorang menteri kabinet yang enggan disebutkan namanya mengatakan dengan kematian tersebut perlu ada langkah politik lebih lanjut. "Namun, memilih pengganti presiden adalah hal yang sulit," ujarnya.

Berdasarkan konstitusi, Wakil Presiden Joyce Banda, seharusnya menggantikan Mutharika. Namun, Banda memiliki masalah dengan presiden. Ia dikeluarkan dari partainya dan membentuk partai sendiri. Namun, ia tetap menjabat sebagai wakil presiden.

Pendahulu Mutharika dan mantan mentor Mutharika, Bakili Muluzi, menolak berkomentar mengenai kematian presiden dan masa depan politik negara tersebut. "Saat ini, kondisi kesehatan presiden sedang tidak baik dan kita berharap ini segera berakhir," ujar Muluzi saat konferensi pers di kediamannya, Jumat (6/4).

Ia menambahkan, merupakan kewajiban konstitusional negara untuk memberitahu warganya dan komunitas internasional dengan tepat waktu, akurat dan transparan mengenai kondisi kesehatan presiden.

Ketika Mutharika pertama kali menjabat presiden, ia didukung oleh Muluzi. Permusuhan terjadi di antara mereka ketika Muluzi dituduh korupsi dan penipuan. Mutharika keluar dari partai yang saat itu berkuasa dan mendirikan partai sendiri. Perselisihan politik di antara keduanya berimbas pada pemerintahan, timbul kekacauan, tuduhan kudeta dan rencana pembunuhan.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement