REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi kesulitan mengungkapkan kasus penembakan pesawat komersial milik Trigana Air di Bandara Mulia, Puncak Jaya Papua. Pasalnya, peristiwa penembakan itu minim saksi.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution, menuturkan, polisi memang masih kesulitan untuk mengungkapkan kasus penembakan pesawat Trigana PK - YRF karena tidak ada satu orang pun saksi.
"Kita harus mengevaluasi kondisi masing-masing wlayah. Seperti Papua khususnya Puncak Jaya, masalah saksi kalau enggak ada saksi bagaimana mengungkapnya, seperti pesawat ini," ujar Irjen Pol Usman Nasution saat jumpa pers di Mabes Polri, Senin (09/04).
Usman juga menuturkan kondisi Bandara Mulia, tidak seperti keadaan bandara yang kita lihat di Jakarta yang berada di pinggir jalan, tetapi kalau Bandara Mulia ada di pegunungan. "Kita datangnya setengah jam kemudian orang itu sudah nggak ada. Saksinya sangat minim buktinya juga sulit enggak tahu posisi penembak," tuturnya.
Menurut dia, dari 11 orang penumpang yang berada di dalam pesawat tersebut tidak ada satu pun yang mengetahui darimana penembakan berasal. para penumpang, kata dia, hanya mendengar suara tembakan tapi tidak tahu berapa kali jumlah penembakan tersebut terjadi.
Kondisi bandara yang berada di daerah pegunungan dan hutan-hutan tersebut memudahkan para pelaku untuk melarikan diri.