REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Bukan masalah ekonomi atau pengangguran yang menjadi isu utama jelang pemilihan umum Presiden Perancis, melainkan Islam dan Muslim. Sejumlah pihak, utamanya Muslim, mulai gerah dengan gerak-gerik Presiden Nicolas Sarkozy yang dianggap bakal memicu Islamofobia.
Sebenarnya Sarkozy tidak begitu pandai dalam melangkah. Beruntung aksi penembakan yang dilakukan Mohammed Merah membuat posisi Sarkozy di atas angin.
Pakar Hubungan Internasional, Universitas Kalamoon, Suriah, Marwan Kabalan menilai, tragedi Toulouse merupakan senjata kuat Sarkozy untuk memperbesar peluangnya kembali menjabat posisi utama di Republik Perancis.
"Popularitasnya meningkat setelah tragedi Toulouse. Padahal sebelumnya, popularitasnya terus menurun," kata dia seperti dikutip alarabiya.net, Senin (9/4).
Namun, situasi itu tidak menjamin Sarkozy bakal lolos dari batu sandungan. Penasehat Kementerian Luar Negeri Perancis, Oliver Roy mengatakan, ada semacam kekeliruan dari isu yang tengah menghangat, utamanya terkait masalah imigrasi.
"Politisi Perancis selalu menghubung-hubungkan antara Islam dan imigrasi. Rakyat Perancis mungkin percaya ini. Tapi sebenarnya itu tidak terjadi. Gelombang imigran dari Afrika Utara tidak lagi sebanyak dulu, justru imigran yang kini banyak berdatangan berasal dari Cina dan Eropa Timur," paparnya.
Kabalan menilai, sebaiknya pembuat kebijakan Perancis berusaha menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang Islam, baik secara agama dan budaya. "Yang harusnya dilakukan itu menenangkan, bukan mengasingkan warga Muslim," ujarnya.
Yang lebih penting lagi, masih kata Kabalan, Pemerintah Perancis haruslah menghormati keyakinan komunitas Muslim. Mereka mungkin perlu merujuk pada konsitusi Perancis dimana ada sebuah jaminan terhadap hak kebebasan beragama.
Di tempat terpisah, Hasan Ben M'Barek yang berasal dari Komunitas Muslim menilai isu yang dihembuskan hanya memiliki satu tujuan yakni mempertahankan kekuasaan. "Jelas perkembangan yang ada bakal menjadi pemicu meningkatnya Islamofobia," kata dia.
Islam menjadi agama terbesar kedua di Perancis, setelah Katolik Roma dengan populasi sebesar 5-6 juta jiwa. Belakangan, komunitas Muslim mendapat banyak tekanan semasa pemerintahan Sarkozy. Mulai dari larangan jilbab dan burka, persoalan daging halal hingga larangan kedatangan ulama dari Timur Tengah. Situasi kian runyam, saat terjadi insiden penembakan yang dilakukan Mohammed Merah di Toulouse.