REPUBLIKA.CO.ID, Azdah binti Harits adalah seorang mujahidah yang tidak takut menceburkan dirinya dalam medan pertempuran dengan penuh keberanian dan percaya diri, dan memperoleh kemenangan menghadapi musuh-musuh.
Para ahli sejarah menyebutkan, pernah suatu kali penduduk Maisan dikumpulkan untuk membantu barisan kaum Muslimin. Mughirah bin Sya’bah menemui mereka di suatu tempat di Mirghab. Tidak jauh dari tempat itu ada pasukan musuh di dekat Dajlah.
Kemudian Azdah binti Harits berkata, "Sesungguhnya posisi kita terlalu dekat dengan musuh. Kita sedang terhimpit dan tidak merasa aman. Karena sewaktu-waktu pasukan musuh bisa muncul dari belakang kita, sedangkan kita tidak mempunyai apa-apa untuk melawan mereka."
"Selain itu, lanjut dia, "Saya khawatir jumlah musuh semakin banyak, melebihi pasukan Muslim. Sehingga mereka dengan mudah menyerang pasukan Muslim. Padahal kalau kita keluar dari sini, tentu kita akan aman, dan terbebas dari rasa takut dengan kedatangan musuh pada kita, karena kaum musyrik menyangka bahwa kita merupakan pasukan tambahan untuk membantu kaum Muslimin. Nah, tentu ini strategi yang baik untuk menghancurkan barisan mereka."
Lalu kaum wanita itu menerima pendapat Azdah, kemudian dia mengambil bendera dari kerudungnya, dan para wanita mengambil kain yang dibuat untuk bendera dari kerudung mereka. Dan setelah itu, Azdah berkata:
Wahai para pejuang Islam, berbarislah dan rapatkan shaf
Kalian akan menghadapi musuh
Enyahkanlah rasa takut dari diri kita
Atau kita akan terkalahkan
Kemudian setelah selesai bersiap-siap, mereka segera berangkat. Pada saat itu pasukan Musyrik sedang melawan pasukan Muslim. Ketika orang-orang musyrik itu melihat kibaran bendera yang baru datang, mereka mengira itu adalah bala bantuan yang datang untuk membantu kaum Muslim, sehingga mereka tercerai berai. Pasukan Muslim terus mengejar mereka hingga banyak yang terbunuh dari pasukan musyrik.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Azdah bersuamikan Atabah bin Ghazwan. Ketika Umar menggunakan Atabah untuk memperluas wilayah Islam, beberapa orang bersamanya, diantaranya Nafi’, Abu Bukrah dan Ziyad.
Kemudian Atabah bertempur melawan musuh untuk menguasai kota Furrat. Istrinya, Azdah, menyerukan pada orang-orang dan membakar semangat mereka untuk berperang. Kemudian Allah memberikan kemenangan dan membuka kota tersebut bagi kaum Muslimin.