REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanggung jawab tim nasional Indonesia, Bernhard Limbong membantah pemanggilan pemain senior yang bermain di kompetisi Indonesia Super League (ISL) adalah strategi untuk membendung timnas tandingan bentukan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI).
Limbong berpendapat, dengan tidak memperpanjang polemik, sepak bola Indonesia bisa melangkah ke arah perbaikan. "Mulai besok, pelatih di PSSI yang senior akan memanggil pemain-pemain sepak bola di Indonesia. Termasuk pemain yang berkompetisi di LSI," kata Limbong dalam keterangan pers di Kantor PSSI, Selasa (10/4).
Para pemain timnas senior ini dipersiapkan untuk mengikuti invitasi internasional FIFA melawan Palestina 14 sampai 24 Mei mendatang. Laga lawan Palestina merupakan pematangan tim Indonesia jelang bertarung di Piala AFF.
Limbong mengaku langkah PSSI ini memiliki resiko sanksi FIFA. Namun, resiko itu siap ditepis dengan mengakui LSI. Sebaliknya, Limbong berharap klub LSI kembali ke payung PSSI demi menghindari ultimatum FIFA. "Dengan sungguh-sungguh mengakui LSI, maka ada resiko di sini. Maka itu, PSSI bertangungjaewab dengan AFC dan FIFA," sebut dia.
Sebelumnya, PSSI akhirnya memperbolehkan pemain ISL memperkuat tim nasional. Keputusan ini ditetapkan PSSI dalam rapat timnas di Jakarta, Selasa (10/4).
Limbong mengatakan, diperbolehkannya pemain ISL memperkuat timnas merupakan bentuk upaya PSSI dalam proses rekonsiliasi. Dengan diakui LSI, ia berharap semua pihak bisa kembali bersatu demi memajukan sepak bola Indonesia. "Pada prinsipnya, timnas itu harus diwakili putra terbaik bangsa ini. Dan dalam hal ini pengakuan PSSI terhadap klub-klub LSI," pungkas Limbong.