REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Aktivitas sejumlah sekolah di daerah bekas tsunami Aceh 26 Desember 2004 dan dilanda gempa berkekuatan 8,5 Scala Richter (SR) pada Rabu (11/4) sore, tampak sepi dibanding hari biasa.
Berdasarkan pantauan Antara, para siswa/siswi dari tingkat Pendidikan Usia Dini (Paud), Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar (SD/MI), SMP/MTS dan SMA yang ada di Kawasan Aceh Besar dan Banda Aceh belum banyak melaksanakan aktivitas belajar karena masih khawatir dengan gempa susulan.
Sebagian siswa sekolah yang ada di kawasan bekas tsunami Aceh di antaranya Kecamatan Lhoknga dan Baitussalam belum berani untuk bersekolah. Sementara di Kota Banda Aceh ada sebagian siswa di sekolah untuk melaksanakan aktivitas belajar mengajar pascagempa yang mengucang Aceh.
Sebagian orang tua di kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar ada yang melarang anaknya ke sekolah pascagempa karena masih trauma dan khawatir akan adanya gempa susulan.
"Saya masih khawatir akan adanya gempa susulan sehingga meminta anak-anak untuk tidak bersekolah dulu hari ini," kata Rosmaidar warga Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.
Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu daerah terparah saat gempa disusul tsunami menghancurkan sebagian wilayah pesisir Aceh pada 26 Desember 2004.
Hal sedana juga dikatakan Nurmala warga Banda Aceh. Ia meminta anaknya untuk tidak bersekolah sebelum keadaan benar-benar kondusif. Sebelumnya, ketika gempa kuat menguncang Aceh sekitar pukul 15.38 WIB pada kedalaman 10 km atau 364 km barat daya Kabupaten Simeulue, ribuan masyarakat di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar berhamburan keluar rumah. Ada yang berlarian dengan kenderaan, mobil dan ada juga hanya berjalan kaki guna mencari tempat yang lebih aman.
Kepanikan warga di Banda Aceh dan Aceh Besar saat gempa pertama dan gempa susulan juga mengakibatkan arus lalu lintas disejumlah ruas jalan macet total, meski aparat kepolisian sudah bekerja ekstra untuk menertibkannya.