REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR ACEH -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat , Syamsul Maarif, menyatakan, jalur evakuasi tsunami di wilayah Aceh perlu ditambah untuk mengurangi kemacetan kendaraan saat bencana itu terjadi.
"Jalur evakuasi tsunami berupa jalan-jalan yang dilalui itu belum mampu menampung orang dalam jumlah banyak," katanya di Banda Aceh, Jumat.
Hal tersebut disampaikan dalam pertemuan dengan Wapres Boediono dan sejumlah menteri serta Penjabat Gubernur Aceh Tarmizi A Karim di pendopo kegubernuran Aceh di Banda Aceh.
Saat gempa berkekuatan 8,5 skala Richter terjadi di Aceh pada 11 April 2012, terjadi kepanikan dan jalur-jalur evekuasi terlihat macet oleh arus kendaraan dan masyarakat, seperti di Kota Banda Aceh.
"Kemacetan arus kendaraan bermotor di jalur evakuasi tsunami itu perlu mendapat perhatian semua pihak untuk mengantisipasi di masa mendatang," katanya.
Ia menyebutkan penting dipikirkan jalur evakuasi tsunami di wilayah pesisir tersebut.
"Jalur evakuasi di sejumlah daerah di Aceh itu memang sudah ada, tapi sempit dibandingkan kendaraan yang cukup banyak," kata Kepala BNPB Pusat itu menegaskan.
Selain itu, dia menyatakan juga penting adanya pembangunan selter di daerah-daerah terdekat dengan pantai, khususnya di Aceh.
Bahkan, ia menyatakan juga diperlukan keseragaman masing-masing pemerintah daerah melalui penciptaan sebuah peraturan (Pergub) agar seluruh bangunan dilengkapi dengan sebuah selter.
Di Padang, Sumatera Barat, kata dia, terdapat sebuah masjid yang telah dilengkapi dengan selter yang diperuntukkan bagi evakuasi masyarakat sekitar jika terjadi tsunami.
Di Simeulue, menurut dia, tidak perlu dibangun selter karena memang di daerah itu kawasan pesisir pantainya berdekatan dengan gunung. "Jadi kesiapan masyarakat Simeulue sudah bagus dalam mengantisipasi jika terjadi tsunami, mereka langsung mencari dan berlari ke gunung," kata dia menjelaskan.